TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Program Desa Korporasi Sapi di PPU Terealisasi dengan Maksimal

Pencapaian 2022 hingga sebesar 119 persen

Ilustrasi ternak sapi. (IDN Times/Daruwaskita)

Penajam, IDN Times - Program Desa Korporasi Sapi (DKS) melalui unit pembibitan dari Pemprov Kalimantan Timur (Kaltim) dilakukan di Penajam Paser Utara (PPU) sepanjang 2022 terealisasi secara baik dengan capaian sebesar 119 persen.

"Program DKS dari unit breeding/pembibitan dari target kelahiran 100 ekor di tahun 2022 di PPU, kami menghasilkan kelahiran total 119 ekor atau terealisasi 119 persen," ujar Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten PPU Arief Murdyatno diberitakan Antara, Minggu (22/1/2023). 

Baca Juga: Motif Pembunuh Warga Petung PPU karena Sakit Hati

1. Kelahiran pedet sebanyak 119 ekor sapi

Ilustrasi sapi. (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

Kelahiran pedet (anak sapi) sebanyak 119 ekor itu terdiri atas 62 ekor jantan dan 58 ekor betina, sehingga diharapkan pedet betina ini terus tumbuh menjadi indukan agar dapat berkembang lagi dengan melahirkan pedet baru.

Meski sudah tercapai 119 persen, namun ia mengaku belum puas karena dalam pelaksanaan di lapangan masih terjadi kendala, terutama dalam proses budi daya yang masih belum optimal untuk jumlah kebuntingan dan ada gangguan reproduksi ternak.

Hal ini, katanya, tidak dapat dibiarkan mengingat setiap indukan seharusnya dapat menghasilkan pedet 1 ekor per tahun, sehingga jika gangguan reproduksi tidak segera ditangani, target kebuntingan akan terhambat sehingga tidak menguntungkan bagi unit pembibitan.

2. Pemeriksaan kebuntingan dan gangguan reproduksi masal pada sapi

Ilustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)

Untuk menindaklanjuti hal ini, pihaknya kemudian melakukan pemeriksaan kebuntingan dan gangguan reproduksi masal pada sapi, yakni pemeriksaan tahap pertama dilakukan pada November 2022 dengan total yang diperiksa sebanyak 167 ekor.

Hasil dari pemeriksaan tersebut, lanjut Arief, diperoleh angka kebuntingan sebanyak 28,74 persen, kemudian kasus gangguan reproduksi sapi tercatat ada 17,96 persen.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan ini kemudian kami lakukan penanganan kasus, yakni dengan perbaikan hijauan pakan ternak, pakan konsentrat, pemberian mineral block, pengobatan hormonal, penanganan manual, irigasi antibiotik dan antiseptik pada saluran reproduksi ternak," katanya.

Baca Juga: Bareskrim Tolak Laporan Balik FA Terkait Video Syur Ketua DPRD PPU

Berita Terkini Lainnya