TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini Dua Kenangan Habibie di Samarinda

Dari meresmikan perumahan hingga mengirimkan 100 ton beras

Repro Muhammad Sarip/Lasaloka-KSB

Samarinda, IDN Times - Kepergian Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie memang meninggalkan duka, tak terkecuali bagi warga Samarinda, Kalimantan Timur. Rupanya Presiden Republik Indonesia ke-3 itu punya memori tersendiri di Bumi Mulawarman.

Kenangan pertama terjadi saat Kota Tepian dilanda petaka banjir besar pada 31 Juli hingga 3 Agustus 1998. Bahkan kejadian tersebut merupakan bencana terbesar dalam sejarah Benua Etam.

Baca Juga: Surat Romantis Ainun untuk Sang Suami di Perayaan Ultah ke-60 Habibie

1. Banjir terbesar dalam sejarah Kaltim

Muslimobsession.com

Informasi dihimpun IDN Times, ketika itu ada puluhan ribu rumah terendam, puncaknya pada 1 Agustus 1998. Tiga dari enam kecamatan di Samarinda, yakni Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda Ilir dan Samarinda Ulu diserbu air yang meluap dari Waduk Benanga.

Luas genangan saat itu mencapai 36.554 hektare. Bahkan, dalam buku Samarinda Tempo Doeloe: Sejarah Lokal 1200-1999 (2017) tercatat ada 105.835 jiwa dari 18.798 kepala keluarga terdampak banjir.

“Bandara Temindung beserta empat pesawat yang parkir saat itu turut tenggelam,” ucap sejarawan Samarinda, Muhammad Sarip, Sabtu (14/9).

Saat negara dalam kondisi terpuruk pasca kerusuhan besar di banyak kota dua bulan sebelumnya, serta masifnya tuntutan lanjutan reformasi untuk mengadili Soeharto, Presiden Habibie saat tidak bisa langsung mengunjungi Samarinda.

“Dia hanya menyampaikan pernyataan prihatin atas bencana banjir di Kota Tepian,” sebutnya.

2. Habibie mengirim dua menteri ke Samarinda, membawa 100 ton beras

Instagram/b.jhabibie

Habibie kemudian mengutus dua menteri, yakni Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (Kesra dan Taskin), Haryono Suyono dan Menteri Sosial Yustika Baharsyah.

Keduanya diminta mengunjungi dan meninjau banjir di Samarinda. Mereka sampai di Samarinda pada 5 Agustus 1998 setelah perjalanan darat dari Bandara Sepinggan Balikpapan. Mereka berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Kaltim dan Pemerintah Daerah Kotamadya (sekarang pemkot) Samarinda.

“Presiden Habibie menyalurkan bantuan 100 ton beras dan lauk pauk kepada warga terdampak banjir,” tuturnya.

Media massa kala itu memberitakan, Habibie menginstruksikan kepada semua pemda dan instansi terkait agar mewaspadai bahaya banjir yang bisa datang lebih cepat.

3. Habibie akhirnya ke Samarinda, meresmikan Perumahan Bengkuring Tepian Permai.

Instagram/b.jhabibie

Setahun setelah mengirimkan 100 ton beras untuk warga Samarinda, Presiden BJ Habibie akhirnya menginjakkan kakinya di Bumi Mulawarman. Momen itu terjadi pada Kamis, 5 Agustus 1999.

Dengan menumpang helikopter, Habibie mendarat di teras pasar Perumahan Bengkuring sekitar Pukul 11.00 Wita. Ada tiga helikopter yang beberapa saat sebelumnya terbang mengitari jalur Sungai Karang Mumus hingga Waduk Benanga. Helikopter tersebut bertolak dari Bandara Sepinggan Balikpapan.

“Saat itu Habibie tidak sendiri, ada istrinya, Hasri Ainun ikut menemani,” paparnya.

Sejumlah menteri juga ikut rombongan, termasuk Menteri Pertahanan dan Keamanan Panglima TNI Wiranto dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) AA Baramuli. Tak ketinggalan Gubernur Kaltim Suwarna Abdul Fatah juga mendampingi.

Habibie kemudian meresmikan Perumahan Bengkuring Tepian Permai. Komplek perumahan ini merupakan program relokasi permukiman warga bantaran Sungai Karang Mumus yang biayanya mencapai Rp240 miliar.

4. Didemo warga dan mahasiswa

instagram.com/b.jhabibie

Dalam penjagaan superketat aparat, Presiden berdialog dengan warga. “Dalam ingatan warga sebagaimana diceritakan kepada saya, Habibie menyampaikan permohonan maaf karena setahun sebelumnya ketika Samarinda dilanda banjir besar, ia tidak sempat berkunjung,” ucapnya.

Tidak jauh dari lokasi peresmian, sejumlah warga perumahan berdemonstrasi. Mereka menuntut persamaan hak fasilitas air untuk semua blok perumahan. Namun, aparat keamanan dapat memblokade aksi mereka sehingga tidak sampai ke hadapan Presiden.

Tak hanya itu, sejumlah mahasiswa juga berdemonstrasi di jalur masuk perumahan. Substansi tuntutan seputar reformasi dan otonomi daerah. “Mereka ingin menemui presiden. Namun aparat menjaga ketat,” sebut pendiri Lembaga Studi Sejarah Lokal-Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB) itu.

Baca Juga: Hoaks Almarhum Habibie Donor Kornea Mata ke Thareq

Berita Terkini Lainnya