Kisah 4 Pertempuran Hebat di Samarinda Mempertahankan Kemerdekaan RI

#MenjagaIndonesia 4 peristiwa itu diabadikan melalui monumen

Samarinda, IDN Times - Mentari baru saja tenggelam di ufuk barat pada Februari 1947. Dari balik rimbunnya pepohonan hutan di Kampung Pinang Air Putih terdengar suara saling silang pendapat. Bunyi itu berasal dari rumah yang menjadi markas bagi pejuang perang Sanga-Sanga dan pejuang Samarinda. Mereka sembunyi dari kejaran pasukan penjajah yang tergabung dalam Nederlandsch Indische Civiele Administratie  (NICA) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda bersama Koninklijke Nederlandsch Indische Leger (KNIL) alias tentara Kerajaan Hindia Belanda.

“Waktu itu Herman Runturambi, salah satu pejuang, ingin membeli rokok atau tembakau. Tapi ditentang oleh rekan-rekannya yang lain karena bisa membongkar rahasia posisi markas,” ucap sejarawan Samarinda, Muhammad Sarip saat dikonfirmasi pada Kamis (6/8/2020).

1. Lokasi markas pejuang di Samarinda bocor karena tembakau

Kisah 4 Pertempuran Hebat di Samarinda Mempertahankan Kemerdekaan RIDalam latihan Cie ke-4 Infanteri XIV KNIL di Samarinda pada 12 Juli 1949 dengan perintah bidik dengan benar (geheugen.delpher.nl/Dienst voor Legercontacten)

Dia melanjutkan kisahnya. Sayangnya permintaan itu kurang didengar Herman. Bekas polisi Belanda itu tetap meminta Kepala Kampung Pinang Air Putih, Hamid, yang juga dari kalangan pejuang mencari tembakau. Kekhawatiran itu menjadi kenyataan, tak lama setelah Hamid keluar, letak lokasi persembunyian pasukan ketahuan. Beragam spekulasi muncul. Entah Hamid yang tertangkap lalu dipaksa membocorkan rahasia markas, dibuntuti dari belakang atau terjadi pengkhianatan.

“Intinya saat itu jalur menuju persembunyian pejuang diketahui Belanda,” terangnya.

Mendekati tengah malam, sekitar 200 meter dari markas. Empat sekawan penjaga pos pengawas markas, Soekiman, Sastromiharjo, Kusbi, dan Tjorong dibunuh dalam senyap oleh pasukan Belanda. Prosesnya cepat, nyaris tanpa suara. Rekan-rekannya yang berada di dalam markas, tak tahu saat penjajah menyergap. Sebagian sedang santai dan ada pula yang tertidur. Dalam kondisi itu, Belanda melancarkan tembakan membabi buta. Beberapa pejuang terbunuh, ada juga yang tertangkap. Kala itu Herman Runturambi ikut tertangkap, namun dia tidak diikat ke pohon seperti pejuang lainnya, hanya tangannya saja. 

“Syukurnya saat itu ada yang bisa menyelamatkan diri dengan berenang menyeberangi sungai lalu bertahan di kawasan perbukitan,” tambahnya.

Baca Juga: 7 Penjara Tempat Pengasingan Presiden RI Pertama Sukarno

2. Saat pasukan Belanda lengah, para pejuang kemudian menyerbu tiba-tiba dengan hujan peluru

Kisah 4 Pertempuran Hebat di Samarinda Mempertahankan Kemerdekaan RIPatroli KNIL setibanya di Samarinda dari Banjarmasin pada tahun 1905 (digitalcollections.universiteitleiden.nl/KITLV)

Meskipun demikian, sejumlah pejuang yang memegang senjata ketika itu mencoba mempertahankan diri. Tatkala mentari perlahan menanjak naik, tembak-menembak berhenti. Pasukan KNIL menghimpun jenazah para pejuang kemudian membakar rumah tersebut. Tiba-tiba saja, pasukan pejuang menembaki tentara Belanda.

“Kondisi ini kemudian dimanfaatkan Herman dan rekan-rekan pejuang lainnya melarikan diri,” ucapnya.

Para pejuang itu berusaha menyembunyikan diri dengan cara melewati sawah yang padinya sudah menguning, kemudian menyeberangi sungai dan bergabung bersama pasukan pejuang lainnya. Setelah itu, pasukan pejuang berpencar, ada yang ke Temindung, Mangkupalas, Handil, Embalut, Separi, hingga ke pedalaman Kutai lalu ke Kalimantan bagian tengah. Dari sejumlah pejuang yang gugur dalam pertempuran itu, ada enam jenazah yang teridentifikasi dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan, Jalan Kusuma Bangsa, Samarinda. 

“Para pejuang yang gugur itu Tjorong bin Abu Bakar, Sastrowardjojo, Aman bin Ijuh, Asan, Masdar bin Mansur, dan Gondo,” sebutnya.

3. Empat pertempuran monumental di Kota Tepian diabadikan dalam empat tugu palagan

Kisah 4 Pertempuran Hebat di Samarinda Mempertahankan Kemerdekaan RISelama latihan Cie ke-4. Infanteri XIV Pasukan KNIL di Samarinda (O-Borneo) pada 12 Juli 1949, S.M. Lafeber memberikan beberapa instruksi (geheugenvannederland.nl/Dienst voor Legercontacten)

Kisah yang diceritakan Sarip ini adalah salah satu pertempuran penting di Samarinda. Dan cerita itu dia bukukan dengan judul Samarinda Tempo Doeloe: Sejarah Lokal 1200-1999  terbitan 2017. Setidaknya ada empat pertempuran monumental terjadi di Kota Tepian. Demi mengenang para pejuang yang gagah berani mempertahankan kemerdekaan dari para penjajah, Pemkot Samarinda pada 10 November 1991 meresmikan empat tugu palagan di empat lokasi berbeda, yakni di Jalan Sultan Sulaiman, dekat Kantor Kecamatan Sambutan, Jalan Damanhuri II, Jalan RE Martadinata, dekat Taman Lampion Garden dan Jalan Pangeran Suryanata, di seberang Masjid Asy Syuhada. Tugu itu pula yang menjadi penanda ada pertempuran di wilayah tersebut.

“Sebagian besar keberadaan juga tak terawat, bahkan posisinya berada di tanah yang dikuasai perusahaan swasta,” bebernya.

4. Para pimpinan pejuang memutuskan menarik diri menyeberangi Sungai Lempake karena kalah strategi

Kisah 4 Pertempuran Hebat di Samarinda Mempertahankan Kemerdekaan RILetnan Gubernur Jenderal Dr. HJ van Mook memeriksa barisan penjaga kehormatan KNIL di Samarinda, Kalimantan Timur pada 25 Agustus 1947 (geheugen.delpher.nl/Hugo Wilmar)

Mengenai tiga pertempuran lainnya, Sarip menjelaskan, sebulan sebelum perang di Kampung Pinang, sejarah mencatat, ada adu senjata lain di Samarinda. Misal, pertempuran di Kampung Sambutan pada 6 Januari 1947. Ketika itu pasukan Herman berusaha bersembunyi dari kejaran pasukan Belanda dan membangun markas di kawasan tersebut. Tapi usaha itu sia-sia, oleh mata-mata NICA lokasi berlindung diketahui. Inilah pertempuran pertama di Samarinda antara pejuang melawan penjajah.

“Konflik senjata itu makan korban, seorang patriot bernama Tarmidzi gugur dalam pertempuran,” cerita dia.

Melanjutkan perjuangan, pasukan pejuang menyingkir ke Kampung Solong. Pada 7 Januari 1947, M. Djunaid Sanusie, Ali Badrun Noor dan Imberan menemui Herman Runturambi di Solong untuk mendiskusikan langkah lanjutan usir penjajah. Di tengah musyawarah, H. Djamharie, seorang pedagang ikan di Pasar Pagi membawa kabar, jika pasukan Belanda sedang bergerak menuju Solong. Pertempuran kedua tak bisa dihindari, kalah strategi dan senjata, para pimpinan pejuang memutuskan menarik diri kemudian melintasi sawah lalu menyeberangi Sungai Lempake (anak Sungai Karang Mumus) dengan perahu. Seminggu kemudian, malam hari pada 15 Januari 1947, gerilyawan Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) menyerang kompleks perumahan para penjabat Kesyahbandaran (Havenmeester) di Teluk Lerong. Saat itu orang-orang Belanda sedang pesta.

"Terjadi tembak-menembak antara pejuang dengan polisi dan tentara Belanda yang berjaga di sekitar tempat berpesta," ujar Sarip.

5. Pertempuran kolosal dari Samarinda berlanjut ke Sanga-Sanga

Kisah 4 Pertempuran Hebat di Samarinda Mempertahankan Kemerdekaan RIPotret penjara di Samarinda pada tahun 1938 (digitalcollections.universiteitleiden.nl/KITLV)

Para pejuang kemudian mundur dan berpencar karena kekuatan yang tak berimbang dalam pertempuran ke-3 di Samarinda ini. Sembilan hari selanjutnya, pada 24 Januari 1947, Herman Runturambi dan sebagian kekuatan pasukan pejuang menuju Sanga-Sanga.

Tiga hari kemudian meletus peristiwa Merah Putih di Sanga-Sanga, sebuah kecamatan berjarak 30 kilometer dari Kota Samarinda. Kisah pertempuran kolosal itu tercatat dalam risalah eksponen Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) bersama Jarahdam IX/Mulawarman berjudul Palagan Perebutan Kota Minyak Sanga-Sanga yang terbit pada 1982.

Baca Juga: Kisah Warga Samarinda Melawan Belanda Sebulan setelah Proklamasi

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

https://www.youtube.com/embed/szsxkHb8EUo

Topik:

  • Mela Hapsari
  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya