Pakai Stainless Straw dan Tote Bag, Yakin Cinta Lingkungan?

Limbah tas kain lebih besar dari kantong plastik

Samarinda, IDN Times-Tren diet plastik atau mengurangi pemakaian barang sekali pakai sedang ramai dikampanyekan oleh pemerintah daerah dengan melarang penggunaan plastik untuk membawa belanjaan serta penggunaan sedotan plastik di rumah makan.

Hal ini disambut baik terutama di kalangan anak muda. Kampanye cinta lingkungan digaungkan oleh para komunitas pencinta lingkungan, selebritas dan orang-orang berpengaruh lainnya.

Mereka mengenalkan sedotan berbahan dasar stainless steel straw, bambu, dan kaca. Sedotan ini dianggap bisa mengurangi penggunaan plastik karena dapat dipakai berkali-kali dengan cara dicuci.

Namun dari ketiga bahan penyedot tersebut yang paling laik pakai adalah  stainless steel straw karena tidak akan berkarat, pecah, ataupun lapuk.

Sementara, untuk plastik belanjaan diganti dengan tote bag atau tas jinjing trendi ragam warna dan desain.

Namun benarkah kedua benda ini aman bagi lingkungan?

1. Stainless straw dianggap tak ramah lingkungan

Pakai Stainless Straw dan Tote Bag, Yakin Cinta Lingkungan?unsplash.com/Olivier Guillard

"Sebenarnya sedotan stainless itu berasal dari proses yang tidak ramah lingkungan," ungkap Maulana Yudhistira aktivis lingkungan dari Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (Kophi) Kalimantan Timur.

Proses produksi yang kurang ramah lingkungan terutama dalam bahan dasar sedotan stainless yang melewati proses metal mining  (penambangan logam) membuat sedotan ini menuai pro dan kontra.

Berbeda halnya jika penyedot berbahan dasar bambu, karena ada proses menanam dan bertumbuh secara alami tanpa mesin dan limbah yang merusak lingkungan.

"Makanya saya lebih setuju bambu sebagai bahan dasarnya. Tetapi tidak awet kan, mudah rusak," lanjutnya.

Baca Juga: Sebelum Pakai Tote Bag, Ini 6 Hal yang Perlu Dipikirkan Dulu

2. Menggaungkan gerakan langsung seruput

Pakai Stainless Straw dan Tote Bag, Yakin Cinta Lingkungan?advancedwatersoftening.com

Sebab itu gerakan "langsung seruput" jauh lebih baik karena tidak membuat limbah apapun. Apalagi jika membawa botol minuman sendiri, gerakan cinta lingkungan semakin nyata. Dia sangat mengapresiasi orang-orang yang lebih memilih menyeruput minumannya, karena akhirnya mereka punya tanggung jawab untuk kelestarian lingkungan hidup jangka panjang.

"Tetapi menurut saya dalam menentukan pilihan bagaimana kita menjalankan aktivitas ramah lingkungan di kehidupan sehari-hari, yang terpenting adalah keberlanjutan dan jejak karbon yang dihasilkan rendah," ungkapnya.

Meskipun banyak orang yang sekadar ikut tren, pria yang akrab disapa Maulana ini juga mengapresiasi para pengguna penyedot tersebut karena setidaknya masyarakat mulai sadar untuk tidak memakai plastik lagi. Terutama sedotan plastik, karena benda ini tidak bisa didaur ulang seperti benda plastik lainnya. 

3. Limbah karbondioksida tas kain jauh lebih besar dari kantong plastik

Pakai Stainless Straw dan Tote Bag, Yakin Cinta Lingkungan?IDN Times/Yuda Almerio

Kemudian terkait dengan pemakaian tote bag. Sejak berlakunya peraturan daerah tentang tidak boleh menggunakan plastik untuk bawa belanjaan, tas jinjing di pasar modern atau retail mulai dijual untuk mereka yang lupa bawa tote bag.

Setiap kali lupa, Anda tinggal mengeluarkan Rp 3-10 ribu untuk sebuah tas belanjaan. Namun ternyata tote bag atau tas jinjing ini juga melalui proses pembuatan yang tidak ramah lingkungan. Sebelum menjadi kain sudah menghasilkan limbah dan energi yang banyak.

Proses dari kapas ke benang memerlukan banyak air untuk memproduksi kain yang berkualitas, limbah yang dibuang tentu bisa mencemari lingkungan sekitar. Tidak hanya limbah, pembuatan kain diperlukan energi yang banyak seperti tenaga kerja dan bahan bakar yang enggak sedikit.

Data dari Environment Agency of the United Kingdom, pembuatan tote bag meninggalkan limbah karbondioksida 600 pon atau setara 270 kilogram, lebih banyak dari proses pembuatan tas plastik yang hanya meninggalkan limbah sebanyak tiga pon saja.

"Sebab itu, jauh lebih baik jika tidak terus-menerus beli tas baru. Tetapi menggunakan tas yang sudah dibeli untuk bawa belanjaan berkali-kali hingga tas tersebut rusak," sarannya.

4. Diet kantong plastik perlu waktu

Pakai Stainless Straw dan Tote Bag, Yakin Cinta Lingkungan?unsplash/Cristian Palmer

Dia menambahkan, persoalannya ialah sebagian masyarakat terkadang lupa membawa tas jinjing kain saat berbelanja sehingga terus-menerus membeli dan akhirnya tote bag menumpuk di rumah.

"Menurut saya ini tahap dalam membiasakan diri saja demi diet kantong plastik, prosesnya lama karena mengubah kebiasaan yang sudah lama dilakukan," jelasnya.

Maulana tetap optimistis, seiring berjalannya waktu masyarakat akan terbiasa dan sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Bahkan, menurut dia, mungkin saja bukan hanya diet kantong plastik yang akan dilakukan tapi akhirnya akan memilih produk-produk yang biasa digunakan di rumah diganti yang lebih ramah lingkungan.

"Intinya selama aturan ini berjalan, pemerintah, LSM, penggiat lingkungan dan retail  harus tetap mengedukasi memberikan alasan serta mendukung mereka untuk terus melakukan hal ini," tutupnya.

Baca Juga: 4 Bahaya Sedotan Plastik untuk Kesehatan, Stop Pemakaiannya

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya