Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kisah LGBT Tuli di Balikpapan, Saling Menghargai dan Berhak Memilih

Ilustrasi LGBT (IDN Times/Arief Rahmat)

Balikpapan, IDN Times - Orientasi seksual adalah masalah pribadi. Bagi sebagian orang ada yang memiliki hal berlawanan dalam orientasi seksual, alias suka dengan sesama jenis. Setiap tanggal 1 Maret diperingati sebagai Hari Solidaritas LGBTIQ Nasional, IDN Times menghadirkan kisah LGBT asal Balikpapan.

LGBT atau lesbian, gay, biseksual, dan transgender bisa dialami oleh siapa saja. Tak hanya bagi mereka yang normal, tetapi juga bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Salah satunya yang dirasakan oleh Nabilah.

Wanita tuli berusia 25 tahun ini, pertama kali menyadari dirinya menyukai sesama jenisnya atau lesbian pada tahun 2010. Saat itu usianya menginjak 16 tahun.

"Kalau tidak salah, waktu itu saya menyukai wanita di usia 16, saat masih sekolah," kata dia, saat diwawancari IDN Times, melalui pesan tertulis, pada Jumat (26/2/2020).

1. Pernah menjalin hubungan dengan lelaki

Ilustrasi LGBT (IDN Times/Arief Rahmat)

Lanjut dia, sebelum menyadari dirinya menyukai perempuan, awalnya dia sempat menjalin hubungan dengan teman lelaki. Komunikasi terjalin baik. Namun dirinya tak merasakan apapun saat berhubungan dengan laki-laki tersebut. Ia merasa kosong dan tak tertarik.

Tapi tiba-tiba hal itu berubah ketika dirinya untuk pertama kalinya ada perasaan suka dengan seseorang. "Betul-betul pertama kali saya merasa cinta sama cewek itu, dan buat ada perasaan tersendiri," ucapnya gamblang.

2. Disabilitas LGBT berhak memilih

ilustrasi pasangan sesama jenis (IDN Times/Mardya Shakti)

Kata dia, memilih untuk menjadi salah satu bagian LGBT memang tidak mudah. Terkadang mendapat diskriminasi oleh kaum tuli lainnya yang nonLGBT. Karena itu, ada pula LGBT lain dari disabilitas tuli yang memilih untuk diam dan menyembunyikannya.

Tapi menurutnya, mereka juga berhak dalam memilih dengan siapa mereka merasa nyaman. Sementara untuk dia sendiri lebih memilih terbuka. "Saya terbuka saja. Saya mau yang lain belajar juga menerima siapa mereka dan memiliki identitas sebagai LGBT," terang dia.

3. Berharap orang lain bisa menerima orientasi seksual yang berbeda

Gettyimages

Nabilah hanya bisa mengikuti kata hatinya. Dirinya mengatakan, walau memilih sebagai salah satu kaum pelangi, tapi tidak merugikan orang lain. Bisa tetap berteman dengan siapa saja seperti biasa.

Ia mengingatkan, manusia punya pilihan sendiri. Jika merasa itu yang terbaik dan merasa nyaman dengan pilihannya, jangan ragu untuk mengambil keputusan. Sama halnya dalam memilih pasangan.

"Intinya saling menerima dan menghargai itu penting. Tak perlu beranggapan bahwa kami ini bodoh. Toh kami tak menyakiti siapapun," terangnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mela Hapsari
EditorMela Hapsari
Follow Us