TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Pardi, Ayah Pelajar SMP yang Meninggal Usai Ikut Ujian Daring

Sedih dan tak menyangka sang anak lebih dahulu tutup usia

Pardi, ayah Wahyudi Rahman/ Dokumen IST

Balikpapan, IDN Times - Pardi masih tak percaya, putra keduanya yang selama ini jadi anak dengan prestasi membanggakan telah lebih dulu dipanggil Yang Kuasa. Wahyudi Rahmad, siswa SMP di Balikpapan sebelumnya diberitakan meninggal dunia setelah ambruk saat menjalani ujian secara daring di rumahnya.

Wahyudi meninggal dunia esoknya sebelum sempat diketahui kepastian penyebab sakitnya. Sampai kini, yang tersisa kenangan obrolan terakhir dengan putranya.

"Saya benar-benar nggak menyangka anak saya meninggal secepat ini. Apalagi waktunya sangat cepat, sakit sehari besoknya sudah enggak ada," ungkapnya.

Seperti diketahui, awalnya warga Kelurahan Karang Rejo, Balikpapan Tengah ini mengalami kram pada tangan kanannya. Tak lama kemudian, separuh bagian tubuh sebelah kanannya mati rasa dan tak bisa digerakkan. Ia kemudian ambruk dan mengalami koma hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Beriman Balikpapan.

Baca Juga: Pelajar Meninggal usai Ikut Ujian Daring, Ini Penjelasan Dokter 

1. Berencana melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa

Wahyudi semasa hidup, berbaju merah (kedua dari kiri) bersama teman mengajinya (Dok narsum)

Sebelum meninggal dunia, Pardi sempat berbincang dengan putranya itu. Padahal lepas lulus SMP nanti, Yudi, sapaan Wahyudi berencana akan melanjutkan sekolah di pesantren. Ia memang sempat menawarkan pada putranya itu melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa.

"Makanya saya enggak nyangka. Karena dia saya tawari mondok di Jawa, mau sekolah di sana supaya pintar, sukses. Supaya jadi orang. Saya juga pengin anak saya itu paham ilmu agama, makanya pengin di pondok pesantren," bebernya.

Beberapa kali sudah soal rencana sekolah di Pulau Jawa ini ia bahas bersama anaknya. Yudi kerap bilang tak masalah jika harus sekolah di Jawa, asalkan berangkat bersama ayahnya.

"Dia bilang nggak apa-apa, ikut bapak saja. Yang penting sama Bapak aku mau ke Jawa," ujarnya menirukan.

2. Salat tak pernah putus dan tak banyak tingkah

Pemakaman Wahyudi Rahmad, pelajar di Balikpapan yang meninggal dunia/ Dokumen IST

Selama hidupnya, Wahyudi selalu menjadi anak baik dan penurut. Bahkan ia juga berprestasi di sekolah. Ibadah dan pengetahuan agamanya juga tak pernah putus. Wahyudi juga kerap mengajak teman-teman di sekitar rumahnya untuk salat berjamaah.

"Dia biasanya salat subuh atau magrib suka mengajak teman-temannya. Jadi kalau dia mau salat jamaah ke masjid, biasa dia panggil temannya untuk jamaah juga. Dia sebut nama temannya, ayo jamaah," kenangnya.

Sampai guru ngajinya pun mengakui Wahyudi sebagai anak yang ibadahnya baik dan penurut. Keseharian yang ia lakukan adalah belajar, sangat jarang beraktivitas di luar rumah. Jika keluar rumah biasanya dia mengaji atau salat jamaah.

Baca Juga: Ambruk saat Ikuti Ujian Daring, Pelajar di Balikpapan Meninggal Dunia

Berita Terkini Lainnya