Persoalan Stunting Masih Jadi Perhatian Penting Masyarakat di PPU
Tahun 2022 turun 5,5 poin
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Penajam, IDN Times - Penanganan stunting masih jadi persoalan serius di masyarakat Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur (Kaltim). Stunting sendiri merupakan rendahnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan atau sejak janin hingga bayi umur dua tahun.
Sekretaris Daerah PPU Tohar membuka rembuk stunting digelar Badan Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang), organisasi perangkat daerah, kelurahan, dan desa setempat.
“Buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih dan kurangnya kebersihan lingkungan juga menjadi penyebab stunting. Ada juga faktor lainnya, yaitu sebesar 10 persen penyebab stunting adalah faktor genetik atau keturunan,” kata Tohar, Rabu (31/5/2023).
Baca Juga: Polres PPU Membekuk Kurir Sabu Lintas Provinsi Kaltim-Kalsel
1. Rembuk musyawarah mengeliminasi jumlah stunting
Tohar mengatakan, rembuk musyawarah bertujuan merumuskan langkah dalam penyelesaian persoalan stunting.
“Mudah-mudahan tindakan preventife yang kita lakukan tidak menjadi bertambahnya potensi stunting di Kabupaten PPU," katanya.
Data bahwa pada kondisi terakhir di tahun 2022, yaitu berdasarkan Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) prevalensi kasus kerdil di Kabupaten PPU pada tahun 2021 adalah 17,22 persen. Lalu berhasil terjadi penurunan prevalensi kasus kerdil sebesar 5,25 persen sehingga menjadi 11,97 persen pada tahun 2022.
Jika berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kemenkes RI, prevalensi kerdil Kabupaten PPU 2021 adalah sebesar 27,3 persen, lalu terjadi penurunan sebesar 5,5 poin sehingga menjadi 21,8 persen pada 2022.
Baca Juga: Harga Daging Ayam Potong di PPU Naik 10 hingga 25 Persen