Warga Ibu Kota Baru Khawatir Tradisi Tanam Padi Gunung Menghilang
Lahan masuk kawasan IKN, warga tidak bisa berladang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Penajam, IDN Times – Rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) oleh pemerintah pusat, selain mendapatkan sambutan positif, juga berdampak kekhawatiran bagi masyarakat adat Paser dalam hal melakukan kegiatan tradisional berladang padi gunung atau dalam bahasa suku Paser "Nugal Nasok" atau menanam padi.
“Kami sangat menyambut dengan suka cita hadirnya IKN di PPU, tetapi kami juga khawatir kami tidak bisa lagi melaksanakan Nugal Nasok yang kerap kami lakukan setahun sekali,” ujar Ketua Lembaga Adat Paser (LAP) Kelurahan Sepan, Kecamatan Penajam, Kabupaten PPU, Yossi Samban kepada IDN Times Kamis (6/2) di kediamannya.
Baca Juga: Pemprov Kaltim Jamin Tak Merusak Paru-paru Dunia untuk Pembangunan IKN
1. Tradisi Nugal Nasok sudah ada turun temurun, warisan nenek moyang masyarakat Kalimantan
Ia menjelaskan, tradisi Nugal Nasok merupakan warisan nenek moyang masyarakat Kalimantan termasuk suku Paser dan dilakukan secara gotong royong oleh warga Paser bersama suku lainnya.
Saat ini warga menggunakan lahan Hak Guna Usaha (HGU) setelah mendapatkan izin dari perusahaan. Akan tetapi, karena lahan tersebut masuk kawasan rencana pembangunan IKN kemungkinan warga akan sulit mengolah lahan tersebut.
“Kegiatan yang kami lakukan bagian dari pembinaan perusahaan. Di mana satu lahan pertanian maksimal dua hektar saja untuk satu kepala keluarga,” tukasnya.
Warga memperkirakan berladang padi gunung hanya bisa dilakukan pada tahun ini saja, sedangkan tahun depan mungkin tidak bisa lagi.
Baca Juga: Wakil Bupati Penajam: Yang Nolak Pindah Ibu Kota Itu Kurang Referensi