TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Puncak Kemarau, Warga Kaltim Diimbau Waspadai Karhutla 

Balikpapan timur dan barat masuk titik rawan

Cuaca Kota Balikpapan (IDN Times/Fatmawati)

Balikpapan, IDN Times - Sejumlah daerah di Indonesia mengalami musim kemarau sejak April lalu. Diprediksi puncak musim ini akan terjadi pada bulan September. Kendati di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) cuaca masih kerap mendung. Namun selama sebulan ke depan kondisi kering masih akan terjadi.

Kepala Stasiun Meteorologi SAMS Sepinggan BMKG Balikpapan Kukuh Ribudiyanto mengatakan, puncak kemarau di Kaltim berlangsung selama Agustus dan September. "Kondisi kemarau ini juga pengaruh dari El Nino. Perkiraan kemarau bisa sampai November," katanya. 

Baca Juga: Pemerintah Dorong Percepatan Proyek Pipa Gas Balikpapan-Senipah

1. Masih terjadi fluktuasi hujan di Kaltim

Ilustrasi kemarau (pixabay/ThorstenF)

Kendati diperkirakan kemarau masih berlangsung hingga bulan November, beberapa wilayah Kaltim sepertinya masih ada hujan karena fluktuasi, termasuk Balikpapan. Ia menjelaskan, hujan masih bisa terjadi, namun terkadang seminggu lebih tidak ada hujan. 

Namun, lanjutnya, beberapa lokasi ada yang sudah sebulan tidak mengalami hujan. Seperti Kutai Barat perbatasan dengan Mahakam Ulu. Kondisi musim kemarau yang tak ada hujan ini maka perlu waspada. “Sekarang ini hujan di bawah normal masih berlangsung sampai November dan perlu kita waspadai,” tuturnya. 

Selama kemarau pun rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Sehingga masyarakat mesti mengantisipasi dengan tidak membakar lahan dan tidak membakar apa pun tanpa pengawasan. “Kami imbau karena kondisi kemarau sekarang sifatnya lebih kering dari kondisi tiga tahun terakhir ini,” imbaunya. 

2. El Nino akibatkan Sungai Mahakam surut dan terjadi titik panas

Jembatan Samarinda di Sungai Mahakam. Instagram.com/bayuwirahadik

Selain itu dampak dari El Nino juga bisa dilihat dari kondisi Sungai Mahakam yang mulai mengalami surut. Curah hujan di bawah normal ini sudah terjadi sejak Juli dan Agustus. “Jadi sudah di bawah kondisi rata-rata selama 30 tahun. Mungkin tergantung dari kondisi lingkungan juga,” katanya. 

Apabila lingkungan bisa menyimpan air dengan baik dan mengalirkan air pada saat tidak ada hujan. Seharusnya tidak terjadi penurunan permukaan air sungai yang terlalu drastis.

Kemarau juga mengakibatkan sejumlah terjadinya titik api yang kini masih fluktuatif. Menurutnya sejauh ini lebih cenderung berada di Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Paser, dan Kutai Kartanegara. Itu daerah yang sering terjadi titik panas. “Total dalam kurun waktu 10 hari terakhir tingkat kepercayaan tinggi dan dianggap sebagai titik api sebanyak 70 titik,” imbuhnya.

Terakhir titik api terpantau muncul di Paser dan Kutim sebanyak 4 titik. Sementara untuk Balikpapan, Samarinda, dan Kukar masih ada hujan turun yang mempengaruhi berkurangnya titik panas.

Baca Juga: Gudang Induk RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Terbakar

Berita Terkini Lainnya