TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ternyata Banyak Orang Depresi karena Pandemik COVID-19 di Balikpapan

PDSKJI dan Himpsi dampingi pasien covid yang butuh konseling

Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Balikpapan, IDN Times - Kesehatan mental, pada dasarnya sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Terlebih di masa pandemik COVID-19 ini, banyak juga masyarakat yang khawatir atau ketakutan berlebihan. Ada yang takut tertular, hingga depresi akut setelah dinyatakan positif. 

Pada dasarnya, bagi pasien COVID-19 atau keluarga yang membutuhkan pendampingan secara psikis, ada psikolog maupun psikiater yang dilibatkan. Ini disampaikan Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiater) di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) dr. Drajat Wicaksono, Sp. KJ yang juga ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim).

Ia mengatakan, khusus pasien COVID-19 didampingi oleh Dokter Penanggung jawab (DTJP) yang merawat pasien. Dokter ini meminta Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) untuk membantu pendampingan. 

"Jadi untuk membantu pendampingan khusus pasien yang menderita gangguan jiwa ringan hingga berat," terangnya kepada IDN Times, Rabu (30/6/2021).

Baca Juga: Berkerumun, Satgas COVID-19 Tegur Plaza dan THM di Balikpapan 

1. Banyak pasien positif COVID-19 yang alami depresi

Ketua IDI Balikpapan, Drajat Wicaksono. (IDN Times/ Fatmawati)

Diakuinya, bahkan tak sedikit pasien positif COVID-19 yang terdampak mental atau kejiwaannya. Sebagian besar pasien mengalami kecemasan dan depresi.

"Kita juga pernah dengar ada pasien yang lari (kabur), bahkan lompat (terjun) dari tempatnya dirawat. Jadi mereka yang terpapar, terutama pasti cemas," ungkap Drajat.

Kebanyakan kecemasan ini terjadi pada mereka yang sudah berusia lanjut. Kekhawatiran berlebihan yang akhirnya membuat mereka bisa bertindak nekat. 

"Kalau kami biasa mendatangi pasien jika diminta dokter penanggung jawab. Apabila boleh mendampingi maka kami dampingi. Kami akan menanyakan permasalahan yang dihadapi pasien tersebut," terang Drajat.

Pihaknya kemudian memberikan obat, jika diperlukan dan psikoterapi.

"Obat tak hanya medikamentosa tetapi juga non medikamentosa atau psikoterapi," sebut Drajat.

Selama ini, PDSKJI juga memiliki hotline untuk dihubungi, bagi masyarakat yang membutuhkan pendampingan. Cukup banyak masyarakat yang langsung menghubungi pihaknya.

"Bahkan ada juga yang sedang isolasi mandiri menyampaikan minta didampingi. Ada juga yang datang ke praktik untuk mereka yang tidak terpapar  tetapi membutuhkan pendampingan," jelas Drajat.

2. Takut tertular dan takut kehilangan anggota keluarga jadi salah satu stresor

Pemberian vaksinasi COVID-19 bagi pengajar di Balikpapan Kaltim, Selasa (2/3/2021). (IDN Times/Hilmansyah)

Berkaitan dengan masalah psikis yang dihadapi selama pandemik COVID-19 ini, tak sedikit yang mengalami kecemasan berlebihan. 

"Mereka yang dinyatakan positif juga bertanya, mengapa kok saya. Ada juga yang marah, menganggap dokter salah diagnosis," sebut Drajat.

Biasanya setelah pasien merasakan marah, mereka akan masuk ke tahap depresi. Sedih berlebihan, sampai kemudian jika sudah pasrah masuk fase berserah diri.

"Seperti itu tahapannya. Pada akhirnya mereka pasrah atau menerima," kata Drajat.

Tak hanya pasien, pihak keluarganya juga kerap merasakan kekhawatiran berlebihan. Yaitu takut kehilangan keluarganya sekaligus takut tertular.

3. Juga dipengaruhi faktor ekonomi dan sosial yang terdampak pandemik

finance.detik.com

Terkait ini, pernah dilakukan penelitian di Jakarta, bahwa banyak masyarakat yang mengalami stres dan kecemasan selama pandemik. Persoalannya makin pelik dipengaruhi faktor lain seperti ekonomi dan sosial.

Ini menambah beban mental bagi masyarakat.

Tak sedikit juga orang yang sampai kehilangan pekerjaan pasca pandemik. Hal ini juga jadi pemicu stresor bagi masyarakat ini. 

"Apalagi sejak terjadinya pembelajaran secara daring. Rupanya belajar di rumah ini menambah tekanan bagi orangtua. Anak-anak pun jadi merasa terkekang dan stres karena tidak bisa bertemu dengan teman-temannya," beber Drajat.

Persoalan COVID-19 rupanya banyak berdampak kepada masyarakat secara luas, baik yang terpapar maupun tidak. Banyak orang tersebut yang datang ke praktik dokter kejiwaan swasta. 

"Banyak yang telemidicine (konsultasi jarak jauh). Sebenarnya COVID-19 ini memberikan dampak yang sangat luas terhadap masyarakat. Pengaruhnya sangat besar terhadap kesehatan mental," kata Drajat.

Ia menyarankan, bagi mereka yang sudah dinyatakan depresi, selain menjalani terapi antidepresan juga harus dibarengi dengan psikoterapi dan memperkuat daya tahan stres. 

"Bisa jadi dengan olahraga, tidak boleh panik, tidak boleh membaca pemberitaan terkait COVID-19 apalagi yang hoaks," ungkap Drajat.

4. Himpsi juga berikan pendampingan bagi pasien COVID-19

Ketua Himpsi Balikpapan, Dwita Salverry (Dok. Idn Times/ Istimewa)

Sementara, Ketua Himpunan Psikolog Indonesia (Himpsi) Balikpapan, Dwita Salverry mengungkapkan, pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan layanan konseling online kesehatan mental untuk warga Balikpapan dan Kaltim. 

"Jadi bentuknya dan konseling online melalui sambungan telepon bersama psikolog-psikolog Balikpapan dan Kaltim. Kami juga tergabung bersama layanan sehat jiwa (sejiwa) bersama para psikolog se Indonesia. Semuanya memberikan layanan konseling online untuk kesehatan jiwa melalui 119 ekstension 8," sebutnya.

Layanan ini diberikan secara gratis, dengan operasional mulai pukul 08.00 sampai 21.00 Wita. "Selain itu dari pemerintah sebenarnya juga ada pendampingan melalui dinas, yakni DP3AKB," kata Dwita.

Menurutnya selama ini pendampingan berjalan optimal. Meski diakuinya berbeda dengan layanan tatap muka, namun sangat membantu di kondisi emergency atau mendadak. 

Ia melanjutkan, selama ini layanan yang diberikan menggunakan pendekatan psikologis sesuai dengan latar belakang pasien. 

"Kemudian, setiap psikolog punya gaya atau tipe pendekatan sendiri sesuai protokol layanan. Namun dengan waktu 30 menit yang diberikan untuk tiap sesi saya merasakan banyak manfaat yg bisa diberikan," jelas Dwita.

Baca Juga: Tenaga Kesehatan di Balikpapan Berperang Melawan COVID-19

Berita Terkini Lainnya