TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bupati Ismu Sambut Tim Teknis Economic Development Board Singapura

Pengembangan KEK MBTK akan dikaji

IDN Times/Humad Kutai Timur

Sangatta, IDN Times - Bupati Kutai Timur (Kutim) H Ismunandar menerima kunjungan kerja (kunker) Tim Teknis Economic Development Board (EDB) Singapura, Kamis (18/7/2019), di Ruang Tempudau, Kantor Bupati, Bukit Pelangi, Sangatta Utara.

Maksud kunjungan tersebut ialah ingin memperesentasikan Bantuan Teknis Economic Development Board (EDB) Singapura untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) dan akan terjun langsung ke kawasan tersebut untuk melaksanakan pengkajian.

Turut hadir Co-Director Associate Professor of Public Policy Asia Competitiveness Institute, Tan Khee Giap Ph.D, perwakilan Kemenko Bidang Perekonomian Edib Muslim, serta Asisten Pemkesra Setkab Kutim Suko Buono dan sejumlah kepala OPD.

1. Tim EDB berkoordinasi perihal KEK

IDN Times/Humas Kutai Timur

Kepala Bidang (Kabid) Perizinan Dinas PMPTSP Kutim Saiful Akhmad melaporkan bahwa dari pemaparan dan informasi, KEK terkoneksi beberapa KEK di luar Indonesia. Sebagai sebuah mitra, KEK akan terhubung dengan KEK di luar negeri.

"Maka mereka harus melakukan kesamaan mengenai tata cara maupun tata operasional untuk melakukan standardisasi atau bantuan teknis dari sisi regulasi lintas negara maupun sisi infrastruktur maupun sistem," tutur Saiful.

2. KEK MBTK sudah mendapat perhatian sejak lama

IDN Times/Humas Kutai Timur

Perwakilan Kemenko Perekonomian Edib Muslim mengungkap pula bahwa KEK MBTK sudah mendapat perhatian sejak 2007 dan baru masuk menjadi proposal pada akhir 2013. KEK MBTK dibidik sebagai salah satu KEK yang berperan secara global.

"Kenapa KEK MBTK ini penting, karena letaknya pas di pinggir selat Makassar, hubungannya kalau jualan ke China, Korea, Jepang barang yang dibutuhkan di sini banyak seperti batu bara pombesmetan, kayu kelapa sawit. Oleh karena itu, bagaimana cara mengakselerasi ini. Karena tanggung jawabnya besar kita harus mengejar omzet minimal sekitar USD 1,97 miliar berdasarkan komoditas yang dijual. Apalagi menurut Bappenas tahun 2025 harus mencapai sekitar 6.712 USD kalau tidak kita bisa ketinggalan sama Vietnam dan Laos," tutur Edib Muslim.

Berita Terkini Lainnya