Ini Curhat Para Guru di Kaltim, Hardiknas 2020 di Masa Wabah COVID-19
#HariPendidikanNasional Guru mesti kreatif dan tak gaptek
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balikpapan, IDN Times - Pandemik virus corona atau COVID-19 entah kapan akan berakhir di Indonesia. Sebulan lebih para murid dan mahasiswa di Indonesia belajar dari rumah. Metode pembelajaran berubah tak lagi di kelas.
Hari Pendidikan Nasional 2020 pun tak lagi sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tak ada upacara, ataupun peringatan seremonial. Dunia pendidikan dilanda keprihatinan. Apalagi tak semua murid bisa mengikuti pembelajaran dari rumah, karena keterbatasan peralatan, dana, maupun kemampuan.
Berikut IDN Times sajikan suara para guru yang mengajar secara daring di tengah pandemik, dengan segala tantangan yang dihadapi di beberapa daerah di Kalimantan Timur.
1. Pemerintah perlu memberikan fasilitas untuk pembelajaran daring
Guru SMP 3 Bontang, Jarot Endik Setiawan merasa prihatin dengan kondisi saat ini. Ia sedih karena Hardiknas tak dapat diselenggarakan seperti biasanya. Namun, menurutnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan alternatif melalui live streaming peringatan Hardiknas dari Jakarta melalui YouTube dan TVRI.
"Setidaknya hal itu cukup menghibur kami para pendidik dan peserta didik agar tetap memiliki semangat untuk belajar dan berprestasi di tengah pandemi COVID-19," kata guru bahasa Inggris ini melalui pesan WhatsApp pada Sabtu (2/5).
Ia mengatakan, selama melakukan pembelajaran daring di masa pandemik ini, cara interaksi berbeda dengan tatap muka di kelas. Menurutnya, kendala yang sering dihadapi adalah jaringan internet yang tak stabil sehingga menyulitkan proses pembelajaran. Selain itu, ada pula murid yang tak memiliki gawai atau paket data untuk mengikuti pembelajaran online.
"Solusinya biasanya sih, kami sarankan agar siswa tersebut meminjam ke saudara atau bergabung bersama teman yang memiliki gawai. Kalau di sekolah saya kebetulan persentase siswa yang tidak memiliki gawai cukup kecil jadi tidak ada masalah dengan pembelajaran online ini," kata Jarot.
Para guru pun mengalami proses adaptasi pembelajaran, seperti mengenal fitur-fitur di aplikasi, cara mengelola kelas online, cara berinteraksi, kemudian memastikan seluruh siswa ikut serta dalam pembelajaran online yang sudah dijadwalkan.
Jarot sendiri merupakan fasilitator daerah (fasda) yang mendapatkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari Tanoto Foundation
"Harapan saya kepada pemerintah atau pemerintah daerah ya tentu saja memfasilitasi pelaksanaan pembelajaran online dengan menyediakan LMS (Learning Management System) atau portal belajar online yang bisa digunakan dengan mudah oleh guru dan siswa karena jujur saja portal yang tersedia saat ini (Rumah Belajar) cukup sulit digunakan dan kadang bermasalah," kata Jarot.
Selain itu, Jarot juga mengharapkan agar pemerintah menyediakan bantuan paket data bagi guru. Serta, memberikan pelatihan-pelatihan secara berkala terutama terkait hal-hal baru tentang pembelajaran online.
Baca Juga: Hardiknas di Tengah Pandemik Corona, Mahasiswa Kangen Kuliah di Kelas