Arti Seni Mural dan Grafiti untuk Para Seniman di Balikpapan
Sempat jadi pertentangan, mural hanya media komunikasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balikpapan, IDN Times - Eksistensi seni grafiti dan mural kini kembali menyita perhatian publik, setelah beberapa waktu lalu seni ini dipersoalkan karena dilayangkan dalam bentuk kritik sosial terhadap orang nomor satu di Indonesia.
Padahal seperti yang diketahui, grafiti atau mural sebagai media penyampaian ekspresi sudah ada sejak masa penjajahan. Namun, baru kali ini sarana aspirasi itu menjadi sasaran penghapusan oleh aparat. Alasan cukup lucu, karena dirasa kurang tepat.
Masyarakat jelas heran. Justru mereka menganggap penghapusan mural tersebut sebagai satu tindakan yang cukup disayangkan. Apalagi niatnya, mural itu dibuat sebagai salah satu cara untuk berkomunikasi.
"Menyayangkan. Komunikasi lewat mural adalah hal yang boleh saja dilakukan, terlebih di masa modern seperti saat ini," ujar Dimas (25), salah satu pegiat seni grafiti di Balikpapan, saat diwawancarai oleh IDN Times kemarin, Kamis (2/9/2021).
Baca Juga: Seniman Mural Samarinda, Hidup Segan Mati pun Tak Mau
1. Makna seni mural
Tindakan represif aparat dengan terpampangnya mural kritik di muka publik, juga membuat masyarakat bingung. Bagaimana tidak, sejauh ini tak ada masyarakat yang merasa jika oret-oretan itu mengganggu, apalagi sampai membuat perpecahan.
Hal ini juga berlaku bagi si penggambar. Tak ada niat untuk menciptakan kerusakan.
Namun kembali pada fungsinya, Dimas menyebut, memang dari mural itulah dirinya bisa membagikan apa yang ada dalam pikirannya.
Jika ditelaah secara positif, mural-mural ini, kata dia, justru menjadi hiburan dan edukasi.
"Mural yang saya buat seluruhnya hanya tujuan untuk menghibur, edukasi, dan sarana untuk menunjukkan seberapa mahir saya menggambar," jelasnya.
Baca Juga: Kisah Seniman Balikpapan Abadikan Mendiang Istri dalam Karya Mural