TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Balikpapan Tolak Isoter Apung untuk Pasien COVID-19, Ini 4 Alasannya 

Pemkot Balikpapan nilai waktunya belum tepat

Pelabuhan Semayang Balikpapan Kaltim. (IDN Times/Hilmansyah)

Balikpapan, IDN Times - Pemkot Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) akhirnya menolak pemberlakuan ruang isolasi terpadu apung sempat ditawarkan pemerintah pusat. Ruang isolasi apung memanfaatkan kapal Pelni disulap sebagai bekap tempat penanganan pasien COVID-19 di Balikpapan

Kasus pasien terpapar virus di Balikpapan cukup tinggi sebanyak 6.579 kasus meskipun trennya mulai turun 9,5 persen dibanding 3 hari lalu tercatat 7.205 kasus. Balikpapan tetap melaksanakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 di wilayahnya. 

"Balikpapan menjadi salah satu dari enam kabupaten/kota yang ditawarkan pemerintah pusat untuk penggunaan kapal sebagai isoter. Kita ditawarkan ketika pertama kali saat menerima video conference dari pusat beberapa hari lalu, namun pada saat pembahasan di internal Satgas Kota Balikpapan, pak wali kota tentu mulai perhitungkan kesiapan teknisnya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Andi Sri Juliarty, Selasa (10/8/2021).

1. Terkendala SDM tenaga medis

Ilustrasi Tenaga Medis di tengah Pandemik COVID-19 (Instagram.com/rscm.official)

Andi yang akrab disapa Dio mengatakan, pemerintah pusat memang menjamin seluruh pembiayaan penggunaan isoter apung memanfaatkan kapal Pelni. Namun di sisi lain, pemerintah daerah terganjal dengan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) tenaga medis diperbantukan untuk mengisi ruang isoter apung. 

Pemkot Balikpapan tidak mampu merekrut secara cepat tenaga medis terlatih dalam penanganan pandemik COVID-19. 

Personel tenaga kesehatan di isoter darat pun masih dirasakan kurang. 

“Untuk kebutuhan SDM di rumah sakit dan isoter yang di darat saja belum cukup," jelasnya.

2. Minimnya rumah sakit pengampuh

Rumah sakit umum daerah (RSUD) Beriman Balikpapan. Foto dok

Belum lagi ketika Dio menyinggung soal keberadaan rumah sakit pengampuh. Ruang isoter apung tentunya perlu pendampingan rumah sakit pengampuh yang kompeten. 

Nah, soal itu Pemkot Balikpapan angkat tangan. 

Dio mengatakan, RSUD Beriman sebagai rumah sakit pengampuh sudah diperuntukkan pendampingan ruang isoter di Embarkasi Haji Batakan. Sudah tidak ada lagi rumah sakit pengampuh yang tersedia bagi isoter apung. 

"Tidak boleh satu rumah sakit daerah menjadi dua rumah sakit pengampuh untuk dua rumah darurat," tegasnya.

3. Persoalan teknis di Pelabuhan Semayang Balikpapan

Pelabuhan Semayang Balikpapan (IDN Times/Hilmansyah)

Problem ketiga, Dio juga menyebutkan persoalan teknik di Pelabuhan Semayang Balikpapan di mana kapal-kapal memang tidak diperbolehkan bersandar terlalu lama di situ. Pelabuhan ini memang dikhususkan untuk keperluan bongkar muat penumpang dan barang di Balikpapan. 

Artinya, kapal Pelni untuk isoter apung pun pastinya tidak diizinkan bersandar lama di Pelabuhan Semayang. 

"Jadi ada kesulitan teknis sendiri kalau kapal akan sandar dan berlabuh. Lainnya, jika kapal tidak bisa berlabuh di dermaga, maka tenaga kesehatan dan pasien harus naik turun kapal turunkan,” jelasnya.

Baca Juga: Waduh, Vaksinasi COVID-19 Malah Timbulkan Kerumunan di Balikpapan

Berita Terkini Lainnya