TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tjhai Chui Mie, Perempuan Nomor Satu di Singkawang Kalbar

Wali Kota Singkawang dua periode masa jabatan

Wali Kota Singkawang Kalimantan Barat Tjhai Chui Mie. Foto istimewa

Balikpapan, IDN Times - Tjhai Chui Mie, seorang perempuan darah Tionghoa kelahiran Singkawang, 27 Februari 1972 ini dinobatkan sebagai perempuan Tionghoa pertama yang menjadi kepala daerah.

Pada Desember 2017, Tjhai Chui Mie bersama Irwan dilantik menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Singkawang Kalimantan Barat (Kalbar) periode 2017-2022.

Menjadi pemimpin, Tjhai Chui Mie dituntut harus mengukir prestasi. Pencapaiannya adalah kota yang dipimpin mendapat predikat Kota Tertoleran untuk kedua kalinya.

Meski begitu, ia masih banyak PR yang harus diselesaikan di dua tahun terakhir masa jabatannya. Tjhai Chui Mie sendiri terjun ke dunia politik untuk menghilangkan image negatif bahwa minoritas sulit jadi pemimpin di negeri ini. 

"Saya ingin membuktikan bahwa minoritas Tionghoa juga bisa memimpin tanpa harus melihat suku dan agama. Jadi itu yang saya lakukan, itu motivasi saya untuk masuk politik," ujarnya saat dihubungi belum lama ini. 

Sejak SMP, anak ketiga dari keempat bersaudara ini sudah aktif membantu ayahnya yang saat itu sebagai Ketua RT. Kala itu, mereka memang tinggal kawasan yang lebih banyak penduduk Tionghoa. Dalam mengurus dokumen kependudukan seperti akta kelahiran pada zaman dahulu sangat susah dan mahal dari yang lain.

"Ini menjadi tantangan untuk saya," jelasnya.

1. Awal terjun ke dunia politik

Wali Kota Singkawang Kalimantan Barat Tjhai Chui Mie. Foto istimewa

Setelah tamat SMA, Thjai Chui Mie suka kegiatan-kegiatan sosial. Kemudian pada 2004, ia sudah ikut dalam organisasi Hakka. Lalu, terjun ke politik dan bergabung ke Partai Indonesia Baru (PIB). Di partai itu, dia ikut berjuang. Saat itu pun menganut sistem urut.

"Pas ada PAW (pergantian antar waktu) saya masuk menjadi anggota DPRD, kurang lebih tujuh bulan," kisahnya.

Ia mengatakan, motivasinya terjun ke dunia politik adalah ingin menyampaikan bahwa setiap orang pasti punya kelebihan. Ia berkeyakinan, setiap orang pasti bisa melakukan jika diberikan kesempatan.

"Jika dulu orang Tionghoa dikatakan tidak banyak berjuang untuk negara, hanya bisnis mencari uang. Padahal pada hakikatnya walaupun bisnis tetap memiliki kontribusi untuk negara misalnya dengan membayar pajak. Meskipun tidak berjuang secara langsung," ujarnya.

Dengan inilah, kata dia, sebagai bukti bahwa minoritas juga bisa menjadi pemimpin.

"Ini motivasi besar saya ikut di dunia politik," paparnya hingga dicalonkan untuk maju dalam pilkada Kota Singkawang.  

Tjhai Chui Mie mengalami banyak tantangan dalam perjalanan kariernya menuju kursi Singkawang 1. Walaupun sebelumnya dia sempat menjadi Ketua DPRD Kota Singkawang.

Ia bercerita, waktu itu satu tahun sebelum saat pencalonan sebagai Wali Kota Singkawang, ada isu yang dihembuskan bahwa Tjhai Chui Mie adalah PKI. Sampai ada dibuatkan satu LSM yang baru untuk melaporkan dia ke DPRD dan demo ke kantor polisi.

Intinya, aksi itu untuk menggagalkan dia mendapat partai untuk maju sebagai wali kota.

"Saya pikir justru semakin ditantang kita ingin membuktikan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah kita semua sama tidak memandang suku, sesuai UUD 1945," katanya.

Tjhai Chui Mie pun pernah menjadi relawan di Yayasan Tzu Chi pada 2010. Kemudian menjadi Ketua Tim Sukses Pilgub Kalbar 2012 pasangan Cornelis-Christiandy, menjadi Dewan Kehormatan Yayasan Setia Negara, Serpong pada 2014.

Pernah juga sebagai Biro Penggerak Relawan Tim Sukses Pilpres 2014 Pasangan Jokowi-JK. Menjabat Ketua DPRD Kota Singkawang pada 2009-2014. Periode selanjutnya sebagai anggota DPRD Kota Singkawang.

Sembari itu, ia menjabat sebagai Ketua Majelis Tao Indonesia (MTI) dan Ketua Perkumpulan Hakka Singkawang.

Prestasi yang diukir ibu tujuh anak ini salah satunya adalah menciptakan Singkawang menjadi Kota Tertoleran untuk kedua kalinya. Meski begitu, ia mengakui masih banyak yang harus dituntaskannya di akhir masa jabatan.

"Saya ingin membangun Kota Singkawang tanpa jalan rusak. Lalu tidak terjadi banjir. Kita juga punya impian memiliki bandara," tuturnya.

Karena kata dia, kota maju itu harus didukung infrastruktur baik. Membangun daerah itu diibaratkannya sama dengan tubuh manusia.

"Kalau peredaran darah baik, maka akan segar. Sama dengan kota maju, harus didukung infrastruktur," ujarnya.

Baca Juga: Millennial Kaltim akan Dilibatkan dalam  Membangun Pertanian di Desa

2. Pertahankan prestasi kota tertoleran

Wali Kota Singkawang Kalimantan Barat Tjhai Chui Mie. Foto istimewa

Tahun ini, Kota Singkawang kembali mendapat predikat Kota Tertoleran. Predikat ini setelah ada penilaian dari Setara Institute bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri RI dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Tjhai Chui Mie patut berbangga atas prestasi yang kedua kalinya ini. Menurut dia, kota yang dipimpin dari dulunya memang sudah aman dan selalu mengedepankan rasa toleransi.

"Kota Singkawang dari dulu paling aman, dengan visi Singkawang Hebat yaitu salah satunya harmonis. Itu selalu kita sampaikan kepada masyarakat bahwa harmonis dan toleransi adalah kunci utama kemajuan daerah," katanya.

Ia mengatakan, jika orang mendengar kata toleran maka akan mudah berinvestasi karena aman. Jika tidak toleran maka tidak aman lalu akan berdampak pada investasi.

"Ini yang selalu dan setiap hari saya sampaikan dalam kesempatan apa pun," ujarnya.

Ia mencontohkan, ketika terpilih menjadi wali kota yang saat itu berdekatan dengan hari raya Idul Fitri, Tjhai Chui Mie membuat Ramadan Fair, Pasar Juadah di Kota Singkawang. "Ini sebelum-sebelumnya belum ada. Sebelumnya hanya ada perayaan Imlek dan Cap Go Meh," terang dia.

Lalu, sambung dia, pada Desember selalu ada Singkawang Christmas Day. Pihaknya menghias untuk perayaan natal dan tahun baru. Ini semata karena ingin menunjukkan kepada semua bahwa toleransi bukan sekadar perkataan tapi langsung aksi.

"Kita melibatkan seluruh paguyuban yang ada di Kota Singkawang," katanya.

Kemudian, sikap toleransi lainnya adalah pada pelaksanaan Imlek dan Cap Go Meh. Pada saat itu, setiap malamnya pasti digelar seni budaya dari berbagai etnis. "Semua etnis tampil. Lalu pada sektor ekonomi, sosial dan budaya, seluruh etnis ada di dalamnya. Termasuk pada pemerintahan Kota Singkawang," ujarnya.

Inilah pembuktian bahwa Kota Singkawang sangat mengedepankan rasa toleransi. Tjhai Chui Mie mencontohkan, setiap kegiatan suatu keagamaan atau budaya suatu etnis, maka yang dilibatkan sebagai panitia juga ada dari agama maupun etnis lain.

"Kita mengajak anak muda untuk bisa bekerja bersama. Kita tanamkan terus. Sehingga tidak ada rasa saling curiga. Jika sudah curiga maka bagaimana akan bekerja dengan baik. Kita ingin mengemas dengan baik dan menonjolkan apa yang bisa dilakukan, sehingga menjadi daya tarik tersendiri," ujarnya.

Karena, kata dia, Kota Singkawang adalah miniatur Indonesia. Sebagai miniatur Indonesia, pihaknya akan mengupayakan agar di Singkawang bisa membuat agenda wisata tahunan. "Setiap bulan ada agenda wisata yang bisa dilaksanakan. Dan, itu bisa melibatkan semua suku dan agama," tuturnya.

3. Resep mempertahankan prestasi kota tertoleran

Wali Kota Singkawang Kalimantan Barat Tjhai Chui Mie. Foto istimewa

Tahun ini merupakan tahun kedua predikat Kota Tertoleran itu menempel di Singkawang. Tentunya, ada resep khusus membuat prestasi ini bertahan. Menurut Tjhai Chui Mie, kuncinya hanya satu, yakni komunikasi.

"Saat ini Kota Singkawang menjadi tertoleran yang kedua kalinya. Banyak yang sudah berkunjung atau study banding ke sini. Kita mengaktifkan FKUB dan tokoh agama dan masyarakat. Kita ada coffee morning bisa membahas apa yang menjadi permasalahan, sebelum membesar," ujarnya.

Setiap Jumat, Sabtu dan Minggu jika tidak ada kegiatan, Tjhai Chui Mie bersama forkompinda langsung turun ke lapangan. Ia bertemu langsung dengan masyarakat.

"Sehingga uneg-uneg bisa kita dapatkan, lalu apa pun permasalahan bisa kita pecahkan sebelum membesar. Memang tidak gampang dalam mempertahankannya. Upaya untuk memecah belah, pasti ada. Tetapi kita juga memastikan adanya keterlibatan semua suku dan agama dalam berbagai hal," tuturnya.

Kepada seluruh jajaran pemerintah Kota Singkawang pun disampaikan bahwa toleransi itu penting jika ingin maju. Karena dengan toleransi, daerah akan maju dan tidak ketinggalan.

"Dengan maju maka anak kita tidak perlu merantau jauh. Anak-anak bisa kembali ke Kota Singkawang untuk menyumbangkan idenya untuk membangun Kota Singkawang. Selama ini anak yang sudah kuliah tidak kembali ke Kota Singkawang karena tidak ada wadahnya," terang dia.

Ia pun mengajak anak muda untuk bisa kembali dan membangun Kota Singkawang. Mereka yang merantau dan belajar di mana pun ilmunya bisa untuk Kota Singkawang. "Maka dari itu hal utama yang harus dilakukan orang tua harus menjaga toleransi agar anak kita bisa kembali dan bisa berkumpul dengan keluarga," pesannya.

Atas pencapaian ini, Tjhai Chui Mie juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh masyarakat Kota Singkawang terutama FKUB, TNI Polri, tokoh masyarakat, agama, pemuda, adat dan budaya di Kota Singkawang yang sudah bekerja keras sehingga bisa mempertahankan predikat Kota Tertoleran.

4. Bersepeda mendengar uneg-uneg warga

Wali Kota Singkawang Kalimantan Barat Tjhai Chui Mie. Foto istimewa

Tjhai Chui Mie memiliki hobi bersepeda. Hobi ini bukan sekadar berolahraga sambil menikmati indahnya kota, tapi dilakukan sambil mendengar uneg-uneg warga.

"Hobi bersepeda memang sudah lama. Namun saat ini mulai saya rutinkan lagi. Saya biasa bersepeda, olahraganya. Saya bersepeda melihat dan mengikuti langsung kegiatan masyarakat," kata dia.

Jadi, lanjutnya, bersepeda tidak sekadar menikmati pemandangan kota, tapi ia langsung tatap muka dengan warganya.

"Jumat, Sabtu, Minggu misalnya tidak ada kegiatan resmi banget, saya bersepeda turun ke lapangan. Sehingga uneg-uneg masyarakat bisa kita dapatkan," terangnya.

Misalnya, pada Jumat ini pada pukul 05.30 ia sudah bersiap bersepeda. Pada saat itu ada warga yang panen padi, maka ia ikut memanen. Setelah itu, mereka memasak dan makan bersama masyarakat.

"Sehingga saya bisa mendengar uneg-uneg, keluhan dan kendala masyarakat secara langsung. Dari situ akan diketahui masalah masyarakat. Setiap Minggu kita turun langsung ke masyarakat bisa langsung tatap muka," tuturnya.

Hobi sambil bersosialisasi ini, sudah sejak dulu dilakukan Tjhai Chui Mie. Ia tak sendiri, tapi turun bersama dinas-dinas terkait dan forkompinda.

"Kita bisa sambil olahraga dan bekerja. Kita bisa berkomunikasi dengan kepala dinas dan anggota dewan. Karena pandemik, jumlahnya kita batasi juga. Biasanya bersama forkopimda," ujarnya.

Intinya, kata dia, cara ini untuk lebih dekat ke masyarakat, mendengarkan uneg-uneg masyarakat dan mencegah permasalahan menjadi besar. "Ini yang saya lakukan sambil bersepeda," kata dia.

Baca Juga: Lolos Hukuman Mati, Malaysia Deportasi Dua WNI ke Kalbar

Berita Terkini Lainnya