TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bappenas: Mengkaji Lokasi, Agustus Penentuan Ibu Kota Negara 

Anggaran pemindahan tidak berasal dari ABPN saja

ANTARANEWS

Samarinda, IDN Times-Agustus menjadi bulan istimewa bagi warga Kaltim dan Kalteng, yang merupakan duo kandidat kuat lokasi ibu kota negara baru. Sebab, Agustus mendatang Presiden Jokowi akan mengumumkan provinsi mana yang terpilih jadi lokasi pemindahan. 

Saat ini Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sedang merancang skema terbaik untuk pemindahan ibu kota.

Ongkos pindah ibu kota negara ini disebut-sebut mencapai Rp 465 triliun. Pemerintah sebenarnya mengalokasikan anggaran migrasi dalam Rancangan APBN (RAPBN) 2020. Namun, anggaran tersebut sebatas dialokasikan untuk desain dan masterplan ibu kota baru.

Lantas dari mana saja duit untuk membayar biaya eksodus besar-besaran tersebut?

Baca Juga: Derita Tahura Bukit Soeharto, si Calon Ibu Kota Baru

1. Anggaran pemindahan menggunakan tiga skema

IDN Times/Yuda Almerio

Direktur Perkotaan, Perumahan dan Permukiman Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Tri Dewi Virgiyanti menjawab, tak semua biaya pemindahan berasal dari APBN.

Artinya, pemerintah punya rancangan pembiayaan lainnya dan swasta bisa ikut ambil bagian di dalamnya. “Jadi skemanya ada tiga, APBN, swasta kemudian kerja sama pemerintah dan swasta,” kata Tri usai menghadiri Seminar Nasional Kesiapan Kaltim terhadap Pemindahan Ibu Kota Negara, di Lamin Etam Samarinda, Sabtu (27/7)

Ia menambahkan, “Dan itu memungkinkan sekali sebab APBN memang bukan sumber utama. Bisa saja ada sumber dana lain yang secara kreatif bisa diperoleh.”

Lebih lanjut, Tri menjelaskan, ketiga rancangan pembiayaan tersebut punya porsi beragam. Misalkan, APBN hanya 20 % lalu kerja sama pemerintah dan swasta dapat porsi paling besar, yakni 50 % sementara swasta bisa kebagian 20-30 %.

2. Membangun kawasan baru harus punya kalkulasi matang

instagram/@riand.c

Desain yang akan digunakan untuk membangun kawasan terpilih ada dua. Pertama ialah urban design. Detailnya, desain harus digambar, dari bentuk rumah, perkantoran dan fasilitas penunjang lainnya.

Patron kedua adalah engineering design. Untuk fase tersebut butuh kalkulasi lebih detail. Karena itu tim yang akan menyusun berasal dari Bappenas dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR). 

“Maka dari itu membangun daerah baru harus punya hitung-hitungan yang matang, sehingga kebutuhannya jelas,” terang Tri.

Hal senada dengan kerja sama pemerintah dan swasta. Pihaknya akan berusaha menggaet pihak swasta dengan kualitas terbaik, jika dirasa kurang menarik maka bantuan keuangan atau subsidi bisa diberikan.

“Tapi selebihnya swasta yang mengerjakan,” sebutnya.

3. Agustus adalah bulan finalisasi penentuan lokasi calon ibu kota negara yang baru

unsplash.com/ekoherwantoro

Sebelum Kaltim dan Kalteng bersaing, Kalsel sempat ikut dalam pemilihan. Namun gugur lantaran presiden lebih condong pada Kaltim dan Kalteng. Mengenai detail waktu penetapan lokasi, Tri tak banyak berkomentar sebab yang memutuskan adalah presiden sebagai kepala negara.

“Bisa terjadi kapan saja,” ujarnya singkat.

Meski demikian, pihaknya terus berusaha agar cetak biru masterplan pemindahan pungkas disusun. Dan PPN/Bappenas ditarget selesai sebelum Agustus mendatang. Boleh jadi setelahnya presiden akan memilih lokasi final ibu kota yang baru.

Proses pemindahan ibu kota negara tentu bertahap selama lima tahun ke depan. Pembangunannya bisa dimulai 2021-2022 kemudian lanjut ke tahap selanjutnya hingga eksodus pada 2024.

“Pembangunan itu juga bisa bertahap 5 hingga 10 tahun ke depan,” jelasnya.

Baca Juga: Kaltim Kalah Gesit Dibanding Kalteng untuk Pemindahan Ibu Kota Negara

Berita Terkini Lainnya