TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

‎Ibu Kota Pindah ke Kaltim, Pasar Properti Bakal Bergairah

Millennial tak perlu cemas tak bisa beli rumah

indonesiarealestatelaw.com

Samarinda, IDN Times - Wacana pemindahan ibu kota negara sudah dipastikan ke Kalimantan. Namun hingga kini provinsi mana yang dipilih masih tanda tanya. Sejauh ini, Presiden Joko 'Jokowi' Widodo memberikan sinyal kepada tiga daerah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Bila Kaltim terpilih sebagai ibu kota negara menggantikan Jakarta, maka pembangunan dalam skala massif bakal dimulai. Sebagai salah organisasi yang menaungi para pengembang di Benua Etam, DPD Real Estate Indonesia (REI) Kaltim tentu turut ambil bagian dalam proyek tersebut. 

"Ya, tapi itu kan masih wacana. Ditunggu saja keputusannya. Yang pasti REI pasti ikut membangun," kata Ketua DPD REI Kaltim, Bagus Susetyo, di sela-sela Rapat Kerja Daerah (Rakerda) DPD REI Kaltim di HARRIS Hotel Samarinda, Senin (20/8).

Baca Juga: Penajam Paser Utara Siap Jadi Lokasi Ibu Kota Baru

1. Millennial tidak perlu waswas tak dapat hunian, ada program rumah murah dari Jokowi

IDN Times/Yuda Almerio

Dia mengatakan, generasi millennial tak perlu waswas tak dapat rumah jika ibu kota negara pindah ke Kaltim. Sebab, program rumah murah dari Presiden Jokowi masih tersedia.

Dengan skema pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) bersama fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Dengan cara itu, para millennial berpenghasilan Rp 4 juta bisa dapatkan kediaman dengan bunga kredit lima persen.

"Itu bisa menjadi alternatif bagi mereka. Namun yang mereka yang punya gaji lebih bisa beli rumah komersil," tuturnya.

Berbeda dengan rumah komersil, politikus Partai Gerindra tersebut tak menampik potensi harga jualnya bisa meningkat pesat dari sebelumnya. "Hal itu merupakan efek domino saat ibu kota pindah."

2. Mengantisipasi pola pikir millennial dengan tenor 25 tahun

mashvisor.com

Menurut Bagus, sebagian besar millennial tak terlalu memikirkan kediaman, mereka lebih senang menghabiskan waktu dengan liburan. Rumah itu prioritas nomor sekian dari daftar pilihan.

Jadi penghasilan sepenuhnya untuk mendapatkan pleasure alias kesenangan. Pola pikirnya, jauh sekali berbeda dengan generasi sebelumnya yang menganggap membeli rumah adalah skala prioritas. "Persoalan itu yang menjadi masalah," tegasnya.

Demi mengantisipasi hal tersebut, kata dia, rekan-rekan pengembang maupun perbankan tak henti-hentinya mencari skema terbaik, agar para millennial juga bisa dapatkan rumah tanpa perlu merasa terbenani. Bahkan jangka pelunasan cicilan (tenor) bisa bervariasi, mulai dari 5-25 tahun. Tempo itu menyesuaikan kemampuan. "Jadi bisa lebih gampang membeli rumah," terangnya.

Baca Juga: Bappenas: Pemilihan Lokasi Ibu Kota Baru Bukan Kontes Pemilihan 

Berita Terkini Lainnya