TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menyingkap Tabir Kematian Janggal Napi di Lapas Samarinda

Polisi segera melakukan olah tempat kejadian perkara

ilustrasi penjara (vaping.com)

Samarinda, IDN Times - Kepergian Ahmad Syukur (35) meninggalkan sejumlah tanya. Pasalnya, warga binaan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas IIA di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Pasar Pagi, Kecamatan Samarinda Kota meninggal tak wajar. Banyak memar ditemukan di sejukur tubuhnya. Ada dugaan selama di penjara dia dianiaya.

“Awalnya kami tak curiga, setelah lihat luka lebam di bagian belakang seperti habis dipukul. Saya pikir ini tidak wajar,” ujar Sugianto (44), kakak kandung korban usai membuat laporan di Polresta Samarinda pada Selasa (11/2) sore.

Baca Juga: Ini Pesan Terakhir Sang Napi sebelum Meninggal di Rumah Sakit

1. Pihak keluarga mencari keadilan, minta kasus diusut hingga tuntas

Sugianto (44) saat duduk menunggu polisi membuat laporan kasus dugaan penganiayaan di penjara Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

Dugaan tersebut diperkuat dengan kisah dari istri Ahmad Syukur. Enam bulan lalu sang suami sempat mengeluh mengalamiperundungan di dalam lapas.

Namun saat itu pihak keluarga tak bisa berbuat banyak. Itu sebabnya, Sugianto mencari keadilan dengan membuat laporan resmi di kepolisian, agar perkara ini bisa diselidiki saksama. 

"Kami minta keadilan biar kematian adik kami ini bisa diusut tuntas," harapnya.

 

2. Korban sempat mengeluh sakit di kaki, perut dan pinggang

Ilustrasi (IDN Times/Mia Amalia)

Kepada sejumlah media, Sugianto kemudian bercerita panjang mengenai kondisi adiknya, sebelum menerima kabar duka.

Pada Senin (10/2) sore dia mendapat informasi dari saudaranya di Kutai Timur, mengenai Ahmad yang masuk perawatan RSUD Abdul Wahab Sjahranie lantaran sakit keras.

Tiba di rumah sakit pada Pukul 20.00 Wita, Sugianto bergegas dari Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar) menemui adiknya. Namun saat bertemu keduanya tak banyak komunikasi.

Hanya saja saat itu, Ahmad sempat meminta bantuan, agar selang infus di sisi kiri dipindah ke bagian lengan kanan.

“Dia juga meminta agar badannya dibuat miring, karena mengeluh sakit dari kaki perut, juga pinggangnya,” tambahnya.

3. Enam memar ditemukan di bagian pinggang atas, dari sisi kiri melebar ke sisi kanan hingga ke bagian dada bawah

Ilustrasi jenazah (IDN Times/Sukma Shakti)

Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, Sugianto kemudian kembali ke Tenggarong. Tiba-tiba saja, bagai petir siang bolong, kabar duka dia terima pada Selasa (11/2) Pukul 04.30 Wita, adiknya telah tiada.

Tanpa prasangka, ia bawa adiknya itu ke rumah duka. Curiga mulai terjadi saat memandikan jenazah. Banyak ditemui memar di sekujur tubuh. Luka-luka itu kemudian dia abadikan dengan ponselnya sebagai bukti.

Dari pengamatannya, tak cuma satu tapi enam memar ditemukan di bagian pinggang atas, dari sisi kiri melebar ke sisi kanan hingga ke bagian dada bawah.

Niat memakamkan dihentikan sementara untuk mendapatkan kejelasan kematian Ahmad. Setelah keluarga berembuk, jasad kembali diantar ke RSUD AW Sjahranie pada siang hari.

“Kami mau melakukan autopsi,” tegasnya.

Baca Juga: [BREAKING] Diduga Dikeroyok, Satu Narapidana di Samarinda Tewas

4. Polisi telah menerima laporan, penyelidikan segera dilakukan

Kanit Jatanras Polresta Samarinda, Iptu Abdul Rauf (IDN Times/Yuda Almerio)

Satreskrim Polresta Samarinda telah menerima aduan resmi dari pihak keluarga. Langkah selanjutnya tentu menghimpun keterangan saksi kemudian oleh tempat kejadian perkara, lalu penyelidikan, bisa dimulai dari pihak keluarga untuk keterangan lebih lanjut.

“Akan langsung kami selidiki dan berkoordinasi dengan pihak lapas,” tegas Kanit Jatanras Polresta Samarinda, Iptu Abdul Rauf.

5. Pihak lapas telah memeriksa korban, tak ada indikasi kekerasan

Kalapas Samarinda Kelas IIA, M Ilham Agung saat dimintai keterangan terkait warga binaan yang diduga meninggal dianiaya (IDN Times/Yuda Almerio)

Terpisah, Kepala Lapas Kelas IIA Samarinda Muhammad Ilham Agung  saat ditemui di ruang kerjanya, tak bisa menahan mimik terkejut. Belum lagi, dia baru saja dua minggu duduk di kursi kepala Lapas Samarinda.

Kepada sejumlah media, dia menampik kabar tak sedap mengenai kematian warga binaannya.

“Enggak benar itu, kami sudah mengecek. Indikasi kekerasan atau pengeroyokan tak ada,” sebutnya.

 

6. Kalapas memberi garansi tak ada kekerasan di dalam lapas

Ilustrasi dari balik jeruji besi (IDN Times/Rangga Erfizal)

Bahkan menurut mantan Kalapas Kelas IIB Nias, Sumatera Utara ini, ia memberi garansi. Bila ada kejadian kekerasan dalam lapas pasti cepat beredar ke telinga petugas, dan pasti ketahuan.

Sehingga tak benar bila ada dugaan kekerasan seperti yang dilaporkan pihak keluarga. Menurutnya, saat menuju ke rumah sakit, Ahmad tak pernah mengeluh mengenai penganiayaan dalam penjara.

“Dia masih sempat mengobrol dengan perawat kami,” imbuhnya.

Baca Juga: Polisi Telusuri Kasus Warga Binaan yang Diduga Tewas Dikeroyok

Berita Terkini Lainnya