Hati-Hati, 7 Kebiasaan Ini Bisa Jadi Tanda Kamu Mengalami OCD!

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) sering dikaitkan dengan kebiasaan mencuci tangan berulang atau menata barang secara simetris. Padahal, gangguan ini jauh lebih kompleks dan tak selalu tampak dari luar.
Banyak orang tidak menyadari bahwa pola pikir atau kebiasaan tertentu sebenarnya sudah termasuk gejala OCD, karena sering tersamar sebagai “kebiasaan normal” atau sifat perfeksionis.
Memahami tanda-tandanya penting agar kamu bisa segera mencari bantuan profesional. Artikel ini bukan diagnosis medis, tetapi bisa menjadi panduan awal untuk mengenali gejala OCD yang kerap luput dari perhatian.
Berikut tujuh tandanya:
1. Pikiran intrusif yang tidak diinginkan

OCD sering muncul lewat pikiran yang datang tiba-tiba dan tak diinginkan, seperti bayangan melakukan hal berbahaya atau “tabu”, meski kamu tak berniat melakukannya.
Bila pikiran ini terus berulang dan menimbulkan rasa bersalah atau takut, itu bisa menjadi tanda OCD. Bedanya dengan pikiran biasa, penderita merasa terdesak untuk menolaknya—namun semakin dilawan, pikiran itu justru makin kuat.
2. Kebutuhan berlebihan untuk kepastian

Kerap menanyakan hal yang sama berulang kali, misalnya memastikan pintu terkunci atau kompor dimatikan, bisa jadi gejala OCD.
Dorongan untuk “memastikan ulang” bukan sekadar teliti, tapi muncul dari rasa cemas berlebihan yang hanya reda setelah pengecekan dilakukan. Siklus ini bisa menyita waktu dan mengganggu aktivitas harian.
3. Perfeksionisme yang menyakitkan

Perfeksionisme bisa jadi positif, tapi pada OCD, dorongan ini terasa menyiksa. Kamu mungkin terus mengedit dokumen, menata barang, atau menulis ulang pesan karena merasa hasilnya belum sempurna.
Rasa takut salah atau gagal bisa begitu kuat hingga memicu kecemasan berlebih dan membuat aktivitas sederhana terasa melelahkan.
4. Ritual tertentu untuk mengurangi kecemasan

Beberapa penderita OCD memiliki ritual khusus, seperti mengetuk pintu tiga kali sebelum keluar rumah atau menghitung langkah agar “hal buruk tak terjadi”.
Ritual ini memberi rasa aman sementara, tapi jika tidak dilakukan, muncul kepanikan atau rasa bersalah. Inilah yang membedakan ritual OCD dengan kebiasaan rutin biasa.
5. Menghindari situasi yang memicu kekhawatiran

Alih-alih melakukan ritual, sebagian penderita justru memilih menghindari hal yang memicu pikiran obsesif. Misalnya, enggan ke dapur karena takut pisau, atau tak mau menyentuh gagang pintu karena takut kuman.
Meski terasa aman, kebiasaan ini justru memperkuat rasa takut dan membatasi kehidupan sosial.
6. Kebutuhan menyimpan benda tanpa alasan jelas

Kebiasaan menumpuk barang “yang mungkin berguna nanti” bisa menjadi tanda OCD, terutama jika kamu merasa cemas saat diminta membuangnya.
Berbeda dengan hobi koleksi, barang yang disimpan sering kali tak memiliki nilai. Dorongan ini biasanya muncul dari ketakutan irasional, seperti takut sial atau kehilangan sesuatu yang penting.
7. Mengecek tubuh secara berlebihan

Khawatir berlebihan terhadap kondisi tubuh juga bisa menjadi bentuk OCD, dikenal sebagai health-related obsessions.
Kamu mungkin terus memeriksa benjolan, luka, atau gejala tertentu meski hasil pemeriksaan medis normal. Rasa cemas justru makin meningkat karena pikiran dipenuhi kekhawatiran penyakit yang belum tentu ada.
Menyadari tanda-tanda OCD bukan berarti kamu pasti mengalaminya. Diagnosis hanya bisa ditegakkan oleh profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater.
Namun, mengenali gejala sejak dini dapat membantumu mencari bantuan lebih cepat dan memulai langkah menuju pemulihan. Jangan ragu untuk berkonsultasi jika pikiran atau perilaku ini mulai mengganggu kualitas hidupmu.