Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenapa Orang Suka Flexing di Media Sosial? Ini Alasannya!

Ilustrasi pamer di medsos (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Samarinda, IDN Times - Media sosial sekarang udah jadi bagian hidup kita banget, kan? Selain jadi tempat buat stalking mantan (ups!), medsos juga jadi ajang pamer momen-momen kece. Salah satu tren yang nggak pernah absen adalah flexing. Yup, pamer kekayaan, pencapaian, atau barang-barang mewah di medsos rasanya udah kayak rutinitas aja buat sebagian orang.

Meskipun ada yang bilang flexing ini lebay, tapi faktanya, hal ini udah jadi fenomena biasa. Nah, sebenarnya apa sih alasan orang suka flexing di medsos? Yuk, simak lima alasan yang bikin tren ini nggak ada matinya!

1. Menunjukkan status sosial ke followers

Ilustrasi membuktikan status nya di medsos (pexels.com/Oleja Titoff)

Punya medsos itu bukan cuma soal update status, tapi juga bikin "versi terbaik" diri kita di dunia maya. Dalam dunia digital yang makin gila, citra diri online sering dianggap cerminan kehidupan nyata.

Makanya, flexing barang mewah atau gaya hidup ala sultan jadi cara banyak orang buat nunjukin status sosial. Semakin terlihat sukses, semakin banyak yang kagum, kan? Nggak jarang, hal ini bikin mereka merasa lebih dihormati dan "di atas angin."

2. Mendapatkan validasi dari orang lain

Ilustrasi mendapatkan pengakuan di medsos (pexels.com/Helena Lopes)

Pernah nggak sih kamu ngecek berkali-kali berapa like yang masuk setelah upload foto? Nah, inilah alasan lainnya. Banyak orang flexing demi dapet pengakuan sosial.

Semua like, komentar positif, atau DM pujian itu bisa jadi booster percaya diri yang bikin mereka merasa dihargai. Di dunia yang serba digital ini, perhatian dari orang lain bisa jadi "mata uang" sosial yang bikin hati senang.

3. Menunjukkan hasil dari kerja keras

Ilustrasi bercerita usahanya di medsos (pexels.com/George Pak)

Ada juga lho yang flexing buat nunjukin hasil kerja keras mereka. Misalnya, beli mobil baru setelah bertahun-tahun nabung, atau liburan ke luar negeri setelah lembur tiap hari.

Ini kayak cara mereka bilang, "Lihat dong hasil perjuangan gue!" Harapannya, mereka nggak cuma dapet pengakuan, tapi juga bisa jadi inspirasi buat orang lain. Jadi, flexing di sini lebih ke pamer "usaha" daripada sekadar barang.

4. Dorongan untuk menginspirasi orang lain

Ilustrasi menginspirasi orang lain di medsos (pexels.com/Antoni Shkraba)

Siapa bilang semua flexing itu negatif? Ada kok yang niatnya tulus buat menginspirasi orang lain. Mereka pengen nunjukin kalau mimpi itu bisa tercapai asal kamu gigih dan nggak gampang nyerah.

Contohnya, posting tentang pencapaian akademis atau kesuksesan bisnis. Bagi sebagian orang, konten ini bisa jadi motivasi untuk ikut semangat mengejar mimpi.

5. Flexing adalah bagian penting dari komunitas

Ilustrasi pamer adalah kewajiban (pexels.com/Yan Krukau)

Kadang, flexing juga cuma jadi "password" buat masuk ke komunitas tertentu. Misalnya, penggemar mobil mewah bakal lebih diterima kalau mereka nunjukin koleksi terbaru.

Selain itu, ada juga faktor FOMO alias Fear of Missing Out. Takut ketinggalan tren atau nggak dianggap "gaul" bikin orang ikutan flexing. Di dunia yang serba cepat, flexing dianggap wajar sebagai bagian dari adaptasi sosial.

Pada akhirnya, setiap orang punya alasan sendiri buat berbagi di media sosial. Selama nggak bikin diri kamu atau orang lain jadi minder, flexing itu sah-sah aja kok.

Tapi ingat ya, jangan sampai terjebak dalam perbandingan yang nggak sehat. Fokus aja pada pencapaian dan kebahagiaanmu sendiri. Soalnya, yang paling penting adalah bagaimana kamu bisa menikmati hidup tanpa merasa harus membuktikan segalanya ke dunia maya. Setuju?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
SG Wibisono
EditorSG Wibisono
Follow Us