Bertahan di Hubungan Toxic Demi Anak? Hati-Hati, Ini Dampak Buruknya!

Samarinda, IDN Times - Banyak orang tua berpikir bahwa tetap bertahan dalam hubungan yang gak sehat demi anak adalah keputusan terbaik. Tujuannya? Biar anak tetap punya keluarga yang utuh. Tapi, tahukah kamu kalau keputusan ini justru bisa berdampak buruk bagi mereka di masa depan?
Lingkungan yang penuh konflik, ketegangan, atau ketidakbahagiaan bisa memengaruhi perkembangan mental dan emosional anak, bahkan hingga mereka dewasa. Yuk, pahami lebih dalam efek negatifnya!
1. Dampak emosional pada anak

Jangan sepelekan kesehatan mental anak. Mereka bisa menyerap ketegangan dan konflik yang terjadi di rumah, meskipun tidak selalu menunjukkan tanda-tanda stres. Akibatnya? Mereka berisiko mengalami kecemasan, depresi, atau gangguan emosional lainnya di kemudian hari.
2. Pola relasi yang buruk

Saat anak sering melihat pertengkaran dan ketidakbahagiaan dalam hubungan orang tuanya, mereka bisa menganggap bahwa konflik dalam hubungan adalah sesuatu yang biasa. Ini berisiko membuat mereka mengulang pola toxic yang sama di masa depan.
3. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif

Dalam hubungan yang tidak sehat, komunikasi jujur sering terabaikan. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan ini bisa mengalami kesulitan mengekspresikan perasaan atau kebutuhan mereka sendiri, yang nantinya memengaruhi hubungan mereka dengan orang lain.
4. Rendahnya rasa percaya diri

Tinggal di lingkungan yang penuh ketidakpastian dan ketegangan bisa membuat anak merasa tidak berharga atau kurang dicintai. Hal ini bisa berdampak buruk pada perkembangan kepribadian dan hubungan sosial mereka di masa depan.
5. Penghindaran terhadap komitmen

Anak-anak yang tumbuh melihat orang tuanya bertahan dalam hubungan yang buruk bisa mengembangkan pandangan skeptis terhadap komitmen. Mereka jadi takut untuk menjalin hubungan serius karena khawatir mengalami hal yang sama.
6. Kesehatan mental yang terpengaruh

Meskipun anak terlihat baik-baik saja, kondisi emosional mereka bisa terganggu. Tanpa disadari, mereka bisa lebih rentan terhadap gangguan mental seperti depresi, kecemasan, atau bahkan masalah perilaku saat dewasa.
7. Kesulitan mengelola emosi

Anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh konflik cenderung kesulitan mengatur emosinya. Mereka bisa jadi terbiasa menekan emosi atau justru melampiaskannya dengan cara yang tidak sehat, seperti marah berlebihan atau mengisolasi diri dari orang lain.
Mempertahankan hubungan toxic demi anak mungkin terasa seperti pilihan yang "benar", tapi jangan abaikan dampak jangka panjangnya. Yang terpenting adalah menciptakan lingkungan yang sehat dan positif agar anak bisa tumbuh dengan mental yang kuat dan bahagia.