Veteran Australia Ken Morris Beri Pesan Damai di Anzac Day Balikpapan

Balikpapan, IDN Times – Peringatan 80 tahun Australian and New Zealand Army Corps (ANZAC) Day berlangsung khidmat di Monumen Tank Mathilda, Pasir Ridge, Balikpapan, Jumat pagi (25/4/2025). Acara ini mengenang para prajurit Australia dan Selandia Baru yang gugur dalam berbagai konflik bersenjata, termasuk di Balikpapan.
Peringatan ini juga merupakan bentuk penghormatan kepada para veteran yang mengorbankan hidup mereka demi negara.
Salah satu sosok yang hadir di dalam peringatan Anzac Day di Balikpapan adalah Ken Morris, seorang veteran asal Australia yang pernah bertugas dalam Perang Vietnam tahun 1971. Kini berusia 76 tahun, Morris menyampaikan pesan kuat dan menyentuh kepada generasi muda.
“Jangan pernah berperang. Perang menghancurkan negara, menghancurkan orang-orang. Banyak yang tidak pernah pulih kembali. Saya punya teman-teman yang masih hidup setelah perang, dan kenangan kelam itu kadang kembali," kata Morris.
1. Perang dan kenangan kelam
Morris mengenang masa-masa berat ketika bertugas di Vietnam, termasuk trauma yang kadang muncul. Meski membawa kenangan kelam, Morris memilih menjalani hidup dengan penuh harapan.
“Hari ini akan jadi hari yang baik. Kita akan mengakhirinya dengan sarapan, makan siang, dan makan malam bersama,” tuturnya sambil tersenyum.
Morris pensiun dari militer pada Desember 1971 dan melanjutkan karier di industri konstruksi pertambangan. Ia datang ke Balikpapan pada 1992 dan menetap bersama keluarganya.
“Saya suka tinggal di sini. Saya membawa istri dan putri saya. Ini rumah bagi kami,” katanya.
2. Peringatan akan sejarah dan pengorbanan
Kolonel Tim Warner DSM, CSM, Atase Angkatan Darat di Jakarta menyampaikan kehormatan dapat hadir dalam peringatan 80 tahun Pendaratan di Balikpapan, salah satu bab terakhir dan terpenting dalam kampanye Pasifik Perang Dunia Kedua.
Pada 1 Juli 1945, dalam Operasi Oboe Dua, lebih dari 21.000 tentara Australia dari Divisi ke-7, didukung pasukan Amerika, mendarat di utara Balikpapan. Ini menjadi operasi amfibi terbesar Australia dalam perang, melibatkan lebih dari 100 kapal Sekutu dan menunjukkan tekad besar melawan tirani.
Wilayah ini telah dipertahankan ketat oleh Jepang—hutan lebat, ranjau, pos beton, dan artileri berat. Namun, pasukan Australia berhasil merebut kota, pelabuhan, dan lapangan udara strategis. Lebih dari 229 tentara Australia gugur, 634 terluka, dan ribuan tentara Jepang tewas. Banyak warga sipil Indonesia juga menderita akibat pendudukan.
"Sebagai prajurit yang pernah bertugas di berbagai medan, saya merasa sangat terhormat berdiri di tempat yang menjadi saksi pertempuran berat ini. Tanah ini menyimpan darah dan pengorbanan bangsa Australia dan Jepang," kata dia.
Dia menambahkan, kampanye ini menandai akhir perang di wilayah ini dan membuka jalan bagi dua negara untuk bangkit dari konflik—Australia menjadi makmur, Indonesia memulai perjalanan menuju kemerdekaan.
"Hari ini, di tengah ketidakpastian dunia, kita tidak hanya mengenang pertempuran, tetapi juga alasan mereka berjuang: melawan penindasan, menjaga perdamaian, dan mewariskan masa depan yang lebih baik bagi generasi berikutnya," ungkap dia.
3.Refleksi dan harapan
Konsul Jenderal Australia, Todd Dias, menegaskan bahwa Anzac Day bukanlah perayaan perang, melainkan refleksi penuh hormat terhadap perdamaian dan nilai kemanusiaan.
“Ini adalah pengingat tentang pengorbanan dan tugas serius untuk mengenang mereka yang telah memberikan hidup demi negara,” kata Dias.
Menurutnya, semangat keberanian, ketangguhan, persahabatan, dan pengorbanan para prajurit tetap menjadi inspirasi warga Australia hingga kini.
Peringatan Anzac Day di Balikpapan juga diisi dengan doa bersama untuk para pasukan yang telah gugur serta harapan akan terciptanya perdamaian dunia. Hadir dalam acara ini veteran perang dari Australia dan Indonesia, warga Australia, serta keturunan warga Australia yang tinggal di Balikpapan.