TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

64 Tenaga Medis Samarinda Diisolasi karena Operasi Pasien OTG COVID-19

Hasil rapid test pasien ternyata reaktif virus corona

Direktur Utama RSUD Abdul Wahab Sjahranie dr. David Masjhoer (Dok.IDN Times/Istimewa)

Samarinda, IDN Times – Lantaran sempat mengoperasi pasien dengan status orang tanpa gejala (OTG), RSUD Abdul Wahab Sjahranie harus mengisolasi 64 tenaga medisnya. Tak hanya itu, belakangan diketahui hasil rapid test atau tes cepat pasien tersebut juga reaktif terhadap virus corona atau COVID-19.

“Saat ini mereka sedang jalani isolasi mandiri di rumah,” ujar Pelaksana tugas Direktur Utama RSUD Abdul Wahab Sjahranie dr. David Masjhoer dalam keterangan pers yang diterima IDN Times pada Kamis (30/4).

1. Petugas medis diminta isolasi mandiri demi mencegah penularan COVID-19 dalam rumah sakit

Ilustrasi tes swab. IDN Times/Candra Irawan

Lebih lanjut dia menerangkan, sebelumnya ada 50 petugas medis yang diisolasi mandiri di rumah, namun setelah dihitung ulang ternyata ada 64 orang. Puluhan petugas medis ini punya riwayat kontak dengan pasien-pasien yang hasil tes cepatnya reaktif. Meski demikian, pasien tersebut belum positif virus corona. Hanya saja statusnya naik menjadi pasien dalam pengawasan (PDP) dan saat ini sedang jalani isolasi sambil menunggu hasil sampel swabnya dari laboratorium.

“Petugas ini kami istirahatkan di rumah untuk mencegah penularan (COVID-19) di rumah sakit,” imbuhnya.

2. Tenaga medis yang diisolasi segera jalani rapid test

Salah satu ruangan isolasi RSUD AWS Samarinda (IDN Times/Yuda Almerio)

Selanjutnya, kata dia, para petugas medis ini akan jalani rapid test antara hari ketujuh atau kesepuluh dalam masa karantina. Bila hasil tesnya tak reaktif dengan COVID-19, maka petugas ini bisa bekerja kembali seperti biasa. Namun bila reaktif tentu sampel swab diambil dan petugas jalani isolasi. Itu sebab demi mencegah terjadinya penularan di dalam rumah sakit pihaknya bakal menyaring ketat pasien yang bakal ditangani.

“Terutama pasien yang akan dioperasi atau dibius. Sebab dalam kondisi itu risiko penularan (COVID-19) petugas medis sangat besar,” tegasnya.

Berita Terkini Lainnya