TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Warga Samarinda Melawan Belanda Sebulan setelah Proklamasi

#MenjagaIndonesia berjuang di jalur politik dan senjata

Letnan Gubernur Jenderal Dr. HJ van Mook memeriksa barisan penjaga kehormatan KNIL di Samarinda, Kalimantan Timur pada 25 Agustus 1947 (geheugen.delpher.nl/Hugo Wilmar)

Samarinda, IDN Times - Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia tak hanya terpusat di Pulau Jawa. Kawasan Kalimantan khususnya Samarinda juga ikut berjuang. Persisnya, satu bulan setelah Soekarno-Hatta memproklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

“Belanda kembali ke Samarinda, menumpang pasukan sekutu yang bertugas melucuti tentara Jepang. NICA (Nederlandsch Indië Civiele Administratie/Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) kemudian mendirikan pemerintahan kembali di pusat Oost Borneo, melanjutkan otoritasnya yang sempat terlepas ketika Jepang menduduki Samarinda 3 Februari 1942,” ujar sejarawan Muhammad Sarip kepada IDN Times di Samarinda, Senin (3/8/2020) siang.

1. Pasukan perjuangan di Samarinda terbentuk sebulan setelah proklamasi

Patroli KNIL setibanya di Samarinda dari Banjarmasin pada tahun 1905 (digitalcollections.universiteitleiden.nl/KITLV)

Meski demikian, kata dia, masyarakat Samarinda melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Perjuangan melalui dua jalur, yakni gerakan bersenjata dan diplomasi politik. Gerakan bersenjata oleh kelompok pemuda yang menghimpun diri dalam organisasi bernama Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) yang diketuai oleh RP Joewono sebagaimana tercatat dalam Samarinda Tempo Doeloe: Sejarah Lokal 1201-2015, (2017, hal 127). Organisasi ini terbentuk pada 25 September 1945 di Stamboel Straat (Jalan Panglima Batur (sekarang) tepatnya rumah Tengku Montel. Misinya ada tiga, menyiarkan kabar proklamasi kemerdekaan, menjaga keamanan rakyat, dan menyadarkan mengenai hak dan kewajibannya. PKR kemudian menjadi Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) pada 26 Desember 1946, ketuanya tetap sama, RP Joewono.

“Laskar gerilyawan ini disokong oleh pejuang pro-Republik Indonesia dari Banjarmasin dan berafiliasi ke BPRI Pusat di Surabaya yang dikomandoi Bung Tomo,” tuturnya.

Baca Juga: Eksis Sejak 1980, Kue Talam Samarinda Tetap Laris Manis saat Pandemik

2. BPRI sempat melakukan aksi pembakaran gudang barang ekspor Belanda di Pelabuhan Samarinda

Selama latihan Cie ke-4. Infanteri XIV Pasukan KNIL di Samarinda (O-Borneo) pada 12 Juli 1949, S.M. Lafeber memberikan beberapa instruksi (geheugenvannederland.nl/Dienst voor Legercontacten)

Sarip melanjutkan kisahnya, dalam gerakannya ini BPRI Samarinda melakukan aksi-aksi yang masih bersifat sporadis. Misalnya, sabotase pembakaran gudang barang ekspor Belanda di pelabuhan Samarinda 15 November 1946. Lalu, serangan ke perumahan penjabat kesyahbandaran Belanda di Teluk Lerong pada 15 Januari 1947. Adapun rencana besarnya adalah melakukan gerakan gabungan bersama BPRI Sanga-Sanga pada awal 1947. Aksi ini untuk merebut kota minyak Sanga-Sanga dari penguasaan Belanda yang saat itu dijaga ketat oleh Koninklijk Nederlands-Indische Leger/Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL).

“Namun, rahasia rencana aksi bocor sehingga koordinasi dengan BPRI Samarinda terkendala dan Belanda dapat mencegah pertempuran di Samarinda,” tuturnya.

Baca Juga: Yuk Nyemil! 5 Jajanan Mall Samarinda Central Plaza yang Menggiurkan

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Berita Terkini Lainnya