Keluhan Millennial Samarinda soal Banjir yang Tak Bisa Dituntaskan

Millennial bicara soal Samarinda dulu, kini dan nanti

Samarinda, IDN Times - Dalam hitungan pekan warga Samarinda bakal memilih pemimpinnya untuk lima tahun ke depan. Sosok visioner tentu jadi harapan masyarakat. Utamanya figur yang bisa mengentaskan segudang persoalan ibu kota Kaltim ini. Dari sekian masalah paling dapat sorotan adalah banjir.

“Sejak saya masih kecil sampai sekarang belum juga tuntas,” ujar Chrisye Melato, warga Samarinda saat dihubungi IDN Times pada Selasa (24/11/2020) petang.

1. Berharap pemerintah menambah tempat wisata

Keluhan Millennial Samarinda soal Banjir yang Tak Bisa DituntaskanSD 024 Samarinda Utara yang terdampak banjir (IDN Times/Yuda Almerio)

Menurut millennial yang satu ini, Samarinda memang harus dipimpin oleh figur yang benar-benar tegas. Tak hanya itu, kebijakannya juga harus berpihak dengan rakyat. Jangan sampai berat sebelah dan hanya menguntungkan kalangan tertentu saja. Pun demikian dengan infrastruktur juga mesti dibenahi.

“Jika boleh tempat wisata juga ditambah. Samarinda memang gak ada pantai, bukan berarti mati akal. Bangun sejumlah wahana, tak perlu besar yang penting menyenangkan warga. Biar gak bosan saja,” tegasnya.

Baca Juga: Soal Sekolah Tatap Muka, Disdik Samarinda Masih Mengatur Siasat

2. Jangan biarkan warga selalu waswas karena banjir saat hujan datang

Keluhan Millennial Samarinda soal Banjir yang Tak Bisa DituntaskanBanjir di Bengkuring, Samarinda Utara, yang hingga saat ini masih melanda permukiman warga. (IDN Times/Yuda Almerio)

Pendapat lain diberikan Denny Pangemanan. Selama lima tahun ini pembangunan memang terlihat di Samarinda, namun harusnya bisa lebih masif lagi sebab ibu kota baru segera berpindah. Kota Tepian bakal jadi peyangga itu sebab harus berbenah. Paling tidak, persoalan banjir bisa diminimalisasi. Jangan sampai saat hujan warga justru waswas karena bakal dapat genangan. Karenanya pemimpin lima tahun mendatang harus lebih visioner dan kerja nyata.

“Visi dan misi saja tak cukup untuk memenangkan hati warga. Setidaknya ketika menjabat posisi strategis penataan kota memang diberikan kepada yang berkompeten,” harapnya.

Pesoalan banjir di Samarinda bukan hal baru. Ryan Butarbutar yang juga lahir dan besar di Kota Tepian sudah merasakan. Ketika hujan berjam-jam, petaka banjir pasti jadi jaminan. Kondisi tersebut buat dirinya jenuh, sebab selama lima tahun ini persoalan tersebut belum bisa dituntaskan. Masalah lainnya adalah jalan. Kawasan simpang empat sempaja misalnya, hingga kini belum juga tuntas disemenisasi. Padahal banyak truk lewat tiap hari.

“Kalau bisa, tempat wisata juga ditambah. Biar warga ini tak stres juga kerja terus,” imbuhnya.

3. Pernah terjebak dan tidur dalam mobil karena banjir

Keluhan Millennial Samarinda soal Banjir yang Tak Bisa DituntaskanMenghilangkan rasa bosan bocah-bocah di Bengkuring, Samarinda Utara ini memakai sampan mengarungi banjir (IDN Times/Yuda Almerio)

Kisah senada soal banjir juga diberikan Estetika Putri Niasty Hia. Karyawan swasta ini mengaku pernah tidur di dalam mobil hanya karena banjir. Dia terjebak di tengah jalan. Persisnya November tahun lalu. Saat itu mendekati waktu tengah malam, dia memutuskan pulang ke rumahnya di kawasan Sempaja setelah pekerjaannya selesai. Waktu Samarinda memang musim hujan, tapi dirinya tak menyangka saat tiba di simpang empat sempaja banjir besar mengadang.

“Saya harap pemimpin yang akan datang bisa memikirkan nasib warganya. Jangan hanya senang saat mendirikan bangunan saja kemudian dipuji. Masyarakat juga perlu perhatian. Dan ingat saat keluarkan kebijakan, utamakan masyarakat. Jangan golongan tertentu,” pungkasnya.

Baca Juga: Begini Curhat Orangtua di Samarinda Selama Penerapan Belajar Online

Topik:

  • Anjas Pratama

Berita Terkini Lainnya