Kuau Raja, Burung Legendaris dari Sumatra dan Kalimantan

Pernah mendengar burung kuau raja? Spesies burung raksasa eksotis ini memiliki nama latin Argusianus argus dan dikenal secara global sebagai great argus. Kuau raja termasuk salah satu burung paling unik di dunia, terutama karena keindahan bulunya yang khas.
Julukan “burung bermata seratus” disematkan pada kuau raja karena pola bulat menyerupai mata yang menghiasi bulu sayap dan ekornya. Saat bulu tersebut dikembangkan, tampilannya terlihat seperti kipas raksasa yang memukau.
1. Salah satu spesies burung raksasa

Kuau raja merupakan anggota suku Phasianidae dan dikenal sebagai salah satu burung terpanjang di dunia. Mengutip Animalia Bio, kuau raja jantan menjadi individu terbesar dalam spesies ini, dengan panjang tubuh mencapai 160–200 sentimeter dan berat sekitar 2,04–2,72 kilogram. Panjang ekornya sendiri bisa mencapai 105–143 sentimeter.
Sementara itu, kuau raja betina berukuran jauh lebih kecil. Panjang tubuhnya berkisar 72–76 sentimeter dengan berat sekitar 1,59–1,7 kilogram, serta ekor sepanjang 30–36 sentimeter.
2. Dijuluki sebagai burung dengan seratus mata

Secara fisik, kuau raja mudah dikenali dari bulunya yang berwarna cokelat kemerahan dan kulit kepala berwarna biru. Perbedaan mencolok antara jantan dan betina terlihat pada panjang serta bentuk bulu sayap dan ekor. Bulu-bulu tersebut berkembang sempurna pada jantan dewasa dan berfungsi untuk menarik perhatian betina saat musim kawin.
3. Suka menunjukkan tarian dengan suara yang kencang untuk menarik perhatian betina
Keindahan kuau raja jantan mencapai puncaknya ketika memasuki ritual kawin. Burung ini akan mencari area terbuka di sekitar pepohonan, lalu mengembangkan sayap dan ekornya hingga membentuk kipas besar bermotif “mata”. Dalam ritual tersebut, kuau raja jantan mengeluarkan suara keras menyerupai “ku-wauk-ku-wauk” yang dapat terdengar hingga ratusan meter, sebagai panggilan untuk menarik betina.
Saat bulu-bulunya mengembang sempurna, kepala kuau raja jantan hampir tertutup sepenuhnya di balik sayap dan ekor. Posisi ini memungkinkan burung tersebut mengamati betina tanpa mudah terlihat.
4. Tersebar di wilayah Asia Tenggara

Kuau raja tersebar luas di kawasan Asia Tenggara, meliputi Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Brunei Darussalam. Di Indonesia, burung ini dapat ditemukan di hutan-hutan Sumatra dan Kalimantan.
Habitat alaminya adalah hutan hujan tropis dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut. Meski tergolong burung, kuau raja tidak terbang dengan baik dan lebih sering bergerak di lantai hutan. Namun, mereka dikenal sebagai pelari yang lincah dan mampu melompati rintangan dengan gesit.
5. Maskot dari Sumatra Barat yang dilindungi

Kuau raja juga memiliki nilai simbolik. Burung ini ditetapkan sebagai maskot fauna Provinsi Sumatra Barat berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 1989, bersama pohon andalas sebagai flora identitas daerah tersebut.
Berdasarkan data IUCN Red List, kuau raja berstatus rentan (vulnerable). Populasinya terus menurun akibat tingkat reproduksi yang rendah—hanya bertelur satu hingga dua butir per tahun—serta ancaman kerusakan habitat, pembalakan liar, dan perburuan.
Di Indonesia, kuau raja termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Spesies ini masuk dalam daftar 294 flora dan fauna yang dilindungi negara.
Tak hanya memikat secara visual, kuau raja juga menarik perhatian dunia penelitian karena perilaku unik dan perannya dalam ekosistem hutan tropis. Keberadaannya menjadi pengingat pentingnya menjaga kelestarian alam dan satwa liar Indonesia.


















