Emak-emak Balikpapan Turun ke Jalan, Dukung Aksi Mahasiswa

Balikpapan, IDN Times – Pemandangan berbeda terlihat saat demonstrasi mahasiswa di Balikpapan, Senin (1/9/2025). Sejumlah emak-emak berkeliling di tengah kerumunan massa, membagikan makanan dan minuman untuk para demonstran, bahkan berorasi.
Salah satunya adalah Nunu (50), perempuan yang tergabung dalam Komunitas Perempuan Melawan. Ia rela meliburkan usaha kecilnya demi hadir di depan Gedung DPRD Balikpapan. Baginya, aksi mahasiswa kali ini menyuarakan keresahan yang juga dirasakan masyarakat, khususnya kaum ibu.
“Harga-harga naik, kami yang urus dapur pasti paling merasakan dampaknya. Suara mahasiswa itu juga suara kami,” ujarnya.
1. Emak-emak kumpulkan donasi demi dukung aksi

Nunu dan belasan rekannya yang terdiri dari ibu rumah tangga serta pelaku UMKM Balikpapan, sudah mengumpulkan donasi beberapa hari sebelumnya. Mereka membawa air mineral, roti, aneka minuman untuk dibagikan ke peserta aksi.
Menurut Nunu, suara mahasiswa merepresentasikan keresahan masyarakat sehari-hari, mulai dari kelangkaan gas, banjir, hingga biaya pendidikan anak. Ia menilai aksi ini murni memperjuangkan kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi.
“DPR naik tunjangan, tapi rakyat makin susah. Makanya kami hadir, biar suara mahasiswa semakin kuat,” tambahnya.
2. UMKM ikut sumbangkan dagangan

Selain Nunu, ada pula Oni (40) dari komunitas UMKM Bangkirai. Bersama tiga rekannya, ia membagikan air mineral dan es pisang hijau. Dagangan yang biasanya ia jual sengaja disumbangkan demi solidaritas.
“Gas 3 kilogram kalau di warung bisa Rp40 ribu, di agen pun sering habis. Kami paling terdampak, apalagi yang usaha kecil,” keluh Oni.
Selain soal gas, Oni berharap pemerintah serius menangani banjir Balikpapan yang kerap memutus aktivitas ekonomi. Ia mengaku sering tak bisa berjualan karena wilayahnya tergenang berjam-jam.
3. Kritik nepotisme di sekolah dan represi aparat

Emak-emak lain, Wama Ani (36), bahkan membawa kain hitam bergambar Mugiwara (topi jerami) dari anime One Piece, bertuliskan: “Penguasa Merdeka, Rakyat Menderita.” Bagi Ani, simbol itu adalah protes terhadap nepotisme, khususnya di dunia pendidikan.
“Anak saya sulit masuk SMP dekat rumah karena titipan pejabat. Setelah viral, baru diterima. Polanya selalu begitu ke rakyat kecil,” ujarnya.
Aksi diikuti ratusan massa, terdiri dari mahasiswa, pekerja, ojol, hingga warga umum. Mereka berkumpul di depan Gedung DPRD sejak siang hari.
Selain menolak kenaikan tunjangan DPR, massa juga menuntut pengesahan RUU Perampasan Aset dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT), penghentian represi aparat, kenaikan upah buruh, hingga penurunan pajak rakyat.