TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belum Terdeteksi di Balikpapan, Ini Ciri Virus Mutasi COVID-19 

Hati-hati jika terjadi pada penyintas dengan CT di bawah 25

Pengendara motor melintas di depan mural tentang pandemik COVID-19. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Balikpapan, IDN Times - Keberadaan COVID-19 varian baru menjadi kekhawatiran masyarakat Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim). Apalagi disebut-sebut kekuatan virus tersebut melebihi Corona asal Wuhan. Bahkan ada yang bilang Vaksin Sinovac pun tak mempan melawan virus ini. 

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Balikpapan, Andi Sri Juliarty mengungkapkan, varian baru COVID-19 ini adalah mutasi genetik virus COVID-19. Sejauh ini belum ditemukan di Balikpapan.

Maret lalu memang ada tim Kementerian Kesehatan melakukan pelacakan epidemiologi terhadap seorang pengusaha tenaga kerja yang kembali dari Arab Saudi.

Beberapa waktu lalu Indonesia sempat ramai dengan informasi sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang datang dari Arab Saudi.

TKI ini salah satunya diketahui pulang ke Balikpapan. "Pemeriksaan dan tracing, keluarga sampai lingkungan. Alhamdulillah hasilnya negatif," katanya. 

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Kebijakan Terkait Perayaan Lebaran di Balikpapan

1. Varian COVID-19 dari India sempat heboh di Kaltim

IDN Times / Hilmansyah

Kehebohan kembali terjadi pasca tsunami COVID-19 di negara India. Kasus positif terjadi secara masif di India usai acara keagamaan. Kasus yang menonjol adalah terjadinya mutasi COVID-19 menjadi varian baru.

"Maka kami mendapat arahan pencegahan pengendalian lebih ketat. Terutama di pintu-pintu masuk," ungkap Dio Jumat (7/5/21).

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang kemudian menjadi garda terdepan mengawasi arus pendatang bersama aparat Dinkes masing-masing kota. 

Hingga berita terbaru ini, dua pekan lalu warga Samarinda sempat dihebohkan dengan adanya warga negara asing (WNA) asal India masuk di Kota Tepian, sebutan Samarinda. 

"Merupakan kru kapal. Tapi kan itu tindak lanjut dan kewenangannya ada di di Dinkes Samarinda," kata Dio, sapaan Andi Sri.

2. Sinovac disebut tak mempan, belum ada bukti Ilmiah

Ilustrasi vaksin COVID-19 buatan Sinovac. Dok. Sinovac

Menyoal Vaksin Sinovac, yang disebut tak mempan melindungi tubuh dari varian baru ini. Dio melanjutkan, belum ada bukti ilmiahnya. Sampai saat ini pihaknya masih akan terus menjalankan vaksinasi COVID-19 menggunakan vaksin yang ada. 

"Sekarang di Balikpapan kan adanya Sinovac. Karena kan masuknya virus baru tak berarti virus lama hilang. Jadi tetap kami harus melindungi masyarakat dari virus lama melalui vaksin ini," ungkapnya.

Sampai kini vaksin yang digunakan untuk masyarakat adalah merek dari Sinovac. Untuk jenis AstraZeneca, menurutnya sudah sempat masuk tapi peruntukannya bagi aparat Polri. 

"Kan sama. Cuma memang yang ada sekarang Sinovac. Makanya masyarakat pakai Sinovac," sebutnya. 

3. Mewaspadai kasus pada penyintas COVID-19 dengan CT di bawah 25

Ilustrasi petugas medis yang menangani COVID-19 (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Terkait virus mutasi COVID-19 atau varian baru ini, menurut Dio perlu diantisipasi, seperti B117, B1315. Baik virus dari Inggris, India, maupun Afrika Selatan. 

"Cara mewaspadai ya tidak ada yang bisa dilakukan selain memperketat protokol 5M. Petugas juga lakukan 3T yakni testing, tracing, dan treatment,"  terangnya.

Petugas juga telah diberikan instruksi untuk mewaspadai atau deteksi dini kasus mutasi COVID-19. Misalnya jika ada penularan kasus secara signifikan atau masif. Ini harus diwaspadai sebagai adanya mutasi COVID-19.

Atau jika terjadi penularan kembali pada orang yang sudah pernah positif.

"Jadi kembali terkonfirmasi positif dengan CT dari PCR di bawah 25. Atau ditemukannya orang terkonfirmasi positif setelah vaksin dua kali dengan CT juga di bawah 25," bebernya.

Atau jika ada pendatang WNA yang memiliki gejala, lalu di-PCR dengan CT di bawah 25. Bisa juga terjadinya penularan pada satu kelompok yang selama ini tidak pernah ada.

"Misalnya kelompok anak yang selama ini tidak pernah ada. Misal banyak anak yang tiba-tiba terpapar. Ini ditindaklanjuti dengan pemeriksaan selain PCR, juga sekuensing genome," sebutnya.

Baca Juga: Larangan Zakat yang Memancing Kerumunan Warga di Balikpapan

Berita Terkini Lainnya