Tak Cuma Akademik, MINU Balikpapan Tekankan Pendidikan Karakter Siswa
Ahmad Gunanto ingin madrasah tak hanya jadi pilihan kedua
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balikpapan, IDN Times - Madrasah menjadi sebutan bagi sekolah-sekolah berbasis Agama Islam. Meski tetap menggunakan kurikulum yang sama dengan sekolah umum, di madrasah siswa dan siswi juga mendapat mata pelajaran Agama Islam lainnya, seperti fiqih, aqidah akhlak, sejarah kebudayaan Islam, dan lainnya.
Kendati popularitas madrasah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) tak seperti sekolah umum, namun Ahmad Gunanto ingin kualitas madrasah ibtidaiyah yang kini ia pimpin setara dengan sekolah umum lainnya.
Adalah Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU) Balikpapan, sekolah yang kini telah enam tahun ia pimpin. Sejak Januari 2017, ia memimpin MINU Balikpapan dan melakukan perombakan besar-besaran pada manajemen sekolah yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No 25 Karang Rejo, Balikpapan Tengah, Kota Balikpapan ini.
Gunanto, sapaannya, mulai melakukan evaluasi madrasah, karakter guru, karakter wali santri, dan karakter santri.
Baca Juga: Operasional Bus Damri Balikpapan-IKN Diprotes Angkutan Bandara
1. MINU Balikpapan bukan sekolah cadangan
Melalui evaluasi-evaluasi yang ia lakukan, Ahmad Gunanto mulai menemukan karakter-karakter apa saja yang ingin ia pertahankan, angkat, dan dihilangkan perlahan-lahan. Menurutnya, pada masa itu juga ia terbantu Tanoto Foundation yang masuk dan berperan atas apa yang ia ingin programkan di madrasah.
"Termasuk pengelolaan manajemen berbasis sekolah, peran serta masyarakat, mengajak alumni, orangtua santri, juga CSR untuk bekerja sama dengan madrasah membangun kualitas dan kuantitas MINU. Karena terus terang saja, sebelumnya, MINU Balikpapan kerap mendapatkan santri yang tidak terima dari SD negeri," ungkapnya saat diwawancarai IDN Times.
Untuk diketahui juga, ia terpilih menjadi fasilitator daerah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tahun 2018. Beberapa hal yang ia lakukan, di antaranya inovasi sarana dan prasarana teknologi di MINU Balikpapan. Seperti dibangunnya lab komputer dan pelaksanaan ujian berbasis digital.
Termasuk juga sistem penilaian yang kini dilakukan secara digital.
Sejak dirinya memimpin MINU Balikpapan pada Februari 2017, penerimaan santri dengan cara berbeda. Yakni ia akan menerima santri yang orangtuanya benar-benar ingin menyekolahkan anaknya di MINU. Ketika pendaftaran di sekolah negeri dibuka pada pertengahan tahun, atau sekitar Mei-Juni, penerimaan di MINU pun ditutup.
"Seberapapun jumlah santri kami akan tetap tutup. Pada saat itu ada empat rombel (rombongan belajar) yang mendaftar. Tapi kami hanya menerima tiga rombel. Walau ini juga kebobolan karena sebenarnya kami hanya ingin membuka dua rombel," jelasnya.
Hingga tahun-tahun berikutnya, ia tetap menerima tiga kelas, walaupun yang mendaftar bisa mencapai tujuh kelas. Sehingga, dari yang awalnya hanya 184 siswa di awal dirinya memimpin, kini jumlah siswa sudah mencapai 510 orang. "Sekarang ada 18 rombel. Masing-masing jenjang ada tiga rombel. Mereka masuk pagi sembilan rombel, masuk sore juga sembilan rombel," imbuhnya.
Gunanto dapat menunjukkan bahwa Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama kini tak lagi hanya jadi pilihan kedua. Namun mereka yang mendaftarkan putra-putrinya benar-benar paham, ingin dan memilih sekolah ini untuk anak-anak mereka.
Baca Juga: Balikpapan PPKM Level 1 untuk Bulanan Pandemik COVID-19