Samarinda Masih Terendam Banjir, Ketinggian Air Cuma Turun 10 Cm
Sudah hampir seminggu Samarinda kebanjiran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Samarinda, IDN Times - Banjir di Samarinda, Ibu Kota Kalimantan Timur tak kunjung surut. Banjir ini telah menggenangi sebagian wilayah sejak malam IdulFitri 1440 Hijriah lalu dan terus meluas ke 3 kecamatan karena hujan dan air pasang pada Sungai Karang Mumus. Akibat banjir ini jalan-jalan utama kota Samarinda juga terendam dan menghambat akses lalu lintas warga.
Pemerintah Kota Samarinda telah menetapkan status tanggap darurat bencana karena banjir ini. Ketinggian air banjir di berbagai wilayah bervariasi antara 25cm - 100 cm atau sekitar sepinggang orang dewasa.
Sekretaris Daerah Kota Samarinda Sugeng Chairuddin menjelaskan, "Banjir di Samarinda Selasa (11/06) tidak banyak berubah ketinggian air hanya turun kurang lebih 10 centimeter. Kami sedang terus mempelajari kenapa air tidak segera surut, tapi memang hujan terus turun di beberapa daerah," katanya.
Baca Juga: Samarinda Banjir, Akses Menuju Bandara Terganggu
1. Bangunan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) menghambat air turun ke sungai
Sugeng menjelaskan selain hujan yang terus turun, kondisi air juga pasang di Sungai Karang Mumus.
"Air bertambah karena hujan tapi mau turun ke sungai, sungai juga penuh. Kemudian ditambah bangunan liar di sepanjang sungai juga menghambat turunnya air," kata Sugeng.
Saat ini pihaknya juga telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk penanganan banjir. "Koordinasi dengan instansi terkait sekarang ini sudah satu komando. Saya selaku ketua Satkorlak (Satuan Koordinasi Pelaksana) BPBD ex-officio di sini," kata Sugeng.
Kota Samarinda memang dari dulu sudah menjadi langganan banjir. Untuk itu harus ada upaya penanganan dan pencegahan agar banjir separah ini tak terjadi lagi. Menurut Sugeng ke depan pihaknya akan melakukan pembongkaran pada bangunan liar yang menyebabkan penyempitan sungai.
"Upaya yang dilakukan dengan memperbesar sungai-sungai dengan mengeruk sungai dan (pinggiran sungai) yang tertutup oleh bangunan masyarakat. Misalnya sungai yang seharusnya 40-50 meter sekarang tinggal 10-15 meter karena bangunan masyarakat yang mendorong sungai. Bangunan di Daerah Aliran Sungai (DAS) harus dibongkar," kata Sugeng.
Baca Juga: Selain Salurkan Bantuan, ACT Kaltim Dampingi Korban Banjir Samarinda