TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

KN Wisanggeni 236 Mencari WNA Cina Hilang di Selat Makassar

Operasi SAR hari kelima 

Personel KPP Kelas A Balikpapan Basarnas Kaltim mengerahkan KN SAR Wisanggeni mencari tiga korban (Dok. Basarnas Kaltim)

Samarinda, IDN Times - Hari kelima pencarian Rabu ini, sejak adanya informasi Warga Negara Asing (WNA) asal China yang diduga hilang di Selat Makassar pada Sabtu (9/9/2023), kru Kapal Negara (KN) Wisanggeni 236 masih melakukan pencarian di perairan tersebut.

"Pagi tadi kami bersama Tim SAR (Search and Rescue) KN Wisanggeni 236 kembali melaksanakan pertemuan singkat untuk melanjutkan operasi SAR di hari kelima ini," ujar Kepala Kantor Basarnas Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Melkianus Kotta diberitakan Antara, Rabu (13/9/2023). 

Baca Juga: Pemkot Samarinda Menggiatkan Kampanye Sekolah Sehat bagi Pelajar

1. Pencarian menggunakan KN Wisanggeni

Proses evakuasi korban di Laut Jawa oleh SAR Balikpapan. Foto SAR Balikpapan

Pencarian dilakukan menggunakan KN Wisanggeni seluas 183 nautical miles (NM²), pola pencarian menggunakan sistem parallel sweep search dengan track spacing 1 - 2 NM.

Awal kejadian adalah Kapal Motor Ocean Brave berbendera Negara Liberia melintasi di Selat Makassar, namun salah seorang anak buah kapal (ABK) atas nama Wu Jiantao, warga negara China, disadari tidak ada di kapal saat berada di perairan tersebut.

Ia menjelaskan, waktu kejadian adalah pada Sabtu, 9 September 2023, pukul 00.30 WITA, sedangkan laporan masuk ke pihaknya pada Sabtu, pukul 16.00 WITA dengan pelapor Kapten Guanyi Zhu (Kapten Kapal Ocean Brave).

2. Kronologis kejadian kru kapal hilang

Ilustrasi petugas SAR. IDN Times/ SAR Bantaeng

Kronologis kejadian yang berada di perairan Selat Makassar.

"Kronologis-nya, tengah malam itu Kapal Ocean Brave berbendera Liberia melintas di Selat Makassar. Kapten Ocean Brave baru mengetahui ada salah seorang juru mudi yakni Wu Jiantao, tidak ada di kapal (diduga hilang), setelah berlayar sejauh sekitar 11 NM," tutur Melki.

Kapten kapal kemudian memutuskan menyalakan sinyal marabahaya (EPIRB) agar mendapat respons dari tim penolong terdekat, sambil mencari sekaligus kembali ke lokasi terakhir berangkat yang masih ada korban.

Baca Juga: Kontrol Peredaran Ganja dari Lapas, Napi Samarinda Divonis 6 Tahun

Berita Terkini Lainnya