TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pengamat Unmul Samarinda: Gabungan KIB dan KKRI Untungkan Kubu Prabowo

Wacana bergabungnya dua kubu koalisi

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (6/7/2020) (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Samarinda, IDN Times - Pengamat politik Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda Herdiansyah Hamzah menanggapi wacana bergabungnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), bahwa koalisi tersebut memungkinkan akan menguntungkan kubu Prabowo.

"Bergabungnya KIB dan KKIR, tentu akan menguntungkan calon yang memiliki elektabilitas kuat dan yang memang sudah santer dicalonkan sebagai capres di internal kedua koalisi, yakni Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto," ujar Herdiansyah Hamzah diberitakan Antara, Rabu (15/2/2023).

Baca Juga: Instalasi Kedokteran Nuklir di RS AW Sjahranie Samarinda

1. Kedua koalisi sudah memenuhi ambang batas pencalonan

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Dikemukakannya, jika melihat peta suara untuk ambang batas pencalonan presiden (presidential treshold), kedua koalisi memenuhi syarat minimal 20 persen kursi parlemen, sehingga jika total anggota DPR berjumlah 575 orang, maka koalisi minimal harus memiliki 115 kursi untuk mengajukan capres.
 
Lebih lanjutnya lagi, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yg terdiri dari Golkar, PAN dan PPP,  total memiliki 148 kursi, sementara Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yg terdiri dari Gerindra dan PKB, total memiliki 136 kursi.
 
"Kalau kedua koalisi ini bergabung, maka secara matematis akan memegang jumlah kursi dominan," sebut Herdiansyah yang akrab disapa Castro.

2. Perhitungan hanya di atas kertas

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Ia menjabarkan bahwa perhitungan tersebut hanya di atas kertas yang tentu tidak selalu linear dengan kondisi di lapangan, yang pasti, bergabungnya kedua koalisi itu, hanya akan melahirkan tiga poros saja, yakni koalisi KIB dan KKIR, koalisi perubahan, dan PDIP yang menjadi satu-satunya partai yang bisa mengajukan calon sendiri tanpa koalisi.
 
Kemudian,  nama Prabowo dan Airlangga  kemungkinan menguat untuk dipasangkan. Sementara calon lain seperti Muhaimin dan Zulkifli hanya akan jadi alternatif. Yang untung Prabowo-Airlangga, yang buntung Muhaimin-Zulkifli. 
 
"Bagi saya, bergabungnya KIB dan KKIR ini justru makin menutup ruang bagi calon-calon alternatif,  jadi kemungkinan kita tidak akan melihat nama-nama  baru dalam koalisi ini, tetapi nama-nama yang sudah sering kali nyapres sejak dua sampai dua kali pemilu sebelumnya seperti Prabowo," papar Herdiansyah.

Baca Juga: Sopir Jasa Ekspedisi di Samarinda Ditemukan Tewas di Belakang Truk 

Berita Terkini Lainnya