TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

11 Orang Meninggal Dunia, Teror DBD di Tengah Pandemik Virus Corona

Wilayah perkotaan jadi kawasan favorit nyamuk demam berdarah

Ilustrasi nyamuk (Pexels/icon0.com)

Samarinda, IDN Times -Tak hanya virus corona atau COVID-19 yang patut diwaspadai di Kaltim, Demam Berdarah Dengue (DBD) juga demikian. Maklum saja, penyakit ini membunuh dalam senyap, karenanya warga diminta selalu awas.

“Itulah alasannya menjaga kondisi lingkungan hingga perilaku hidup bersih sehat (PHBS) sangat penting,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim, Andi Muhammad Ishak saat dikonfirmasi pada Selasa (9/6) siang.

Baca Juga: Waduh, 4 Anak di Balikpapan Meninggal Dunia karena Demam Berdarah 

1. Sudah 11 orang meninggal karena sakit demam berdarah

Pelaksana tugas Diskes Kaltim, Andi Muhammad Ishak dalam keterangan persnya (IDN Times/Yuda Almerio)

Menukil data Diskes Kaltim, periode Januari-Mei 2020 ada 1.459 warga Benua Etam terjangkit DBD. Dari ribuan kasus itu sebanyak 11 orang meninggal dunia karena virus dengue ini.

Kematian paling banyak terjadi pada awal tahun, persisnya Januari dan Februari yakni 4 dan 5 kasus. Sementara pada Mei ada 2 kejadian. Serupa kasus COVID-19, Balikpapan daerah terbanyak angka kematian DBD dengan 5 kasus, disusul Paser 2 kejadian, lalu Kutai Timur (Kutim), Penajam Paser Utara (PPU), Kutai Barat (Kubar) dan Kutai Kertanegara (Kukar) masing-masing 1 kasus.

“Kita dihadapkan dengan dua penyakit, selain virus corona ada juga DBD. Penyakit ini nyata, tiap tahun terjadi. Angka kematian juga cukup besar. Jadi bukan hanya COVID-19 yang jadi perhatian,” terangnya.

2. Balikpapan terbanyak kasus demam berdarah di Kaltim

Pexels.com/Gantas Vaičiulėnas

Masih dari data yang sama, dari 10 kabupaten/kota Kaltim, Kota Balikpapan tetap menjadi jawara jumlah kasus DBD terbanyak dengan total 393 pasien, disusul Samarinda dengan 269 pasien DBD, kemudian Kukar 207 kasus, selanjutnya Berau dengan 135 pasien.

Kemudian lalu Kutim 115 kasus, Bontang 107 pasien, PPU dengan 88 kasus, Kubar 86 orang terjangkit, Paser ada 48 pasien dan terakhir adalah Mahulu paling minim dengan 11 kasus.

Kata Andi, perkotaan memang sangat berpotensi jadi kawasan penyebaran demam berdarah. Salah satu pembawa sakitnya ialah nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini berbeda dengan malaria. Kalau nyamuk malaria suka hidup di semak-semak atau hutan, tapi aedes aegypti suka yang bersih dan juga jarang terjamah oleh tangan manusia.

“Nyamuk jenis tidak bisa hidup di tempat kotor atau langsung ke tanah. Jadi jangan salah,” imbuhnya.

Baca Juga: Tetap Waspada! Kasus Penularan COVID-19 di Kaltim Tak Bisa Ditebak

Berita Terkini Lainnya