TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Aryo, Penyandang Autis yang Sukses Menyumbang Ide untuk RPJMN

Diundang khusus oleh Bappenas mewakili Kaltim ke Jakarta

IDN Times/Yuda Almerio

Samarinda, IDN Times - Di tengah lautan manusia, Aryo Panembahan Notowijoyo, setengah gamang. Namun perlahan-lahan, dia kemudian menguasai dirinya lantas melanjutkan kembali tugasnya, menyumbang ide bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. 

Baca Juga: Ada 3.230 Anak Berkebutuhan Khusus di Kaltim Perlu untuk Dirangkul

1. Menulis agar tidak di-bully

IDN Times/Yuda Almerio

November 2018 adalah waktu dia dan pendampingnya, Farah Flamboyan yang juga penanggung jawab dari Pelita Bunda, mengunjungi Jakarta.

Keduanya mendapat undangan khusus dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas). Bersama 24 anak berkebutuhan khusus (ABK) lainnya dari berbagai daerah di Indonesia, Aryo berburu dengan waktu.

“Iya, waktu itu saya menulis berbagai harapan agar anak ABK seperti saya tidak dibully lagi,” kata Aryo saat menceritakan kisahnya kepada IDN Times, di Pelita Bunda Education Centre.

2. Dilarang bermain bola karena ABK

psychiatryadvisor.com

Meskipun ABK dengan autis dan punya keterbatasan motorik gerak, nyatanya Aryo pungkas menuangkan pikirannya di atas lembaran kertas. Judul dari ide dibalut dengan curahan hatinya tersebut ialah, “Aku Ingin Bermain Sepak Bola.”

Dalam tulisannya itu, Aryo mengaku walaupun menuntut ilmu di sekolah reguler, tetap saja dirinya mendapatkan perlakuan berbeda karena ABK.

Paling nyata saat pelajaran olahraga. Itu terjadi sejak kelas 2 SD, sekarang sudah kelas 6.

“Saya dilarang bermain sepak bola. Padahal saya sangat ingin ikut, jadinya saya hanya menonton di pinggir lapangan,” akunya lagi. Keterbatasan dalam urusan motorik adalah kendala utama dirinya tak dilibatkan dalam kegiatan fisik.

3. Aryo berlatih fisik mandiri demi bisa bermain bola dengan kawannya

Pixabay.com/sasint

Aryo pun mengerti, karena itu dia mengobati rasa sedihnya dengan bermain petak umpet bersama rekannya yang juga ABK.

Walaupun dilarang bermain bola, tetap saja Aryo kukuh, tatkala bola keluar dari lapangan dia kemudian berusaha mengejar lalu melemparkan bola itu kembali kepada kawannya yang bermain.
“Itu saja sudah membuat saya sangat senang,” katanya.

Demi mendapatkan kesempatan bermain, ia melakukan latihan fisik pribadi. Baik itu di rumah dan tempat terapi, Pelita Bunda. “Ya, sampai sekarang saya masih menunggu diajak bermain,” imbuhnya.

4. Mengusulkan program buddy bagi ABK

shutterstock.com

Lalu apa saja disarankan oleh Aryo kepada Kementerian PPN/Bappenas?
Setidaknya ada tujuh harapan Aryo, pertama ialah semoga ABK dengan keterbatasan motorik diberikan kesempatan ikut dalam kelas olahraga, lalu harapan tidak dibedakan dengan anak reguler agar dapat bergabung dan mencontoh mereka, jangan membully ABK, diperhatikan pemerintah dengan terapi gratis, mendapat penanganan yang baik di rumah atau di sekolah, mencanangkan program buddy (kawan yang mendampingi) sehingga bisa dibimbing dan terlindungi kemudian yang terakhir ialah harapan bisa bebas dari keterbatasan motorik gerak.

“Saya ingin sekali program buddy ini segera terwujud,” harapnya.
Tulisan Aryo ini kemudian dibukukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama 24 karya ABK dari daerah lain. Judulnya, Kumpulan Naskah Suara Anak Penyandang Disabilitas dengan Tema; Dengarkan Curhatan Kami (2019).

Baca Juga: Pada 2020, Balikpapan Bakal Terapkan Sekolah Inklusi Tiap Kecamatan 

Berita Terkini Lainnya