Harga Melandai, Warga Masih Pesimistis Ekonomi Kaltim Mulai Membaik

Minimnya lapangan pekerjaan menjadi pemicu

Samarinda, IDN Times - Pandemik virus corona atau COVID-19 masih membayangi daya beli masyarakat di Benua Etam. Dalam tiga bulan terakhir angka deflasi tak alami peningkatan. Pada Agustus lalu misalnya, deflasi 0,17 persen, kemudian pada September minus 0,40 persen dan Oktober minus 0,18 persen. Tak hanya itu dari survei Bank Indonesia pada Oktober lalu juga berikan sinyal senada. Konsumen belum yakin ekonomi Kaltim membaik.

“Penurunan ini bersumber dari ekspektasi konsumen yang rendah akan ketersediaan lapangan kerja enam bulan mendatang,” ujar Tutuk SH Cahyono, kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim dalam keterangan pers yang diterima IDN Times pada Jumat (6/10/2020) pagi.

1. Warga masih belum yakin ekonomi Kaltim mulai membaik

Harga Melandai, Warga Masih Pesimistis Ekonomi Kaltim Mulai MembaikIlustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Kenyataan itu kata Tutuk, juga terlihat dari sejumlah perusahaan atau usaha mikro kecil menengah atau UMKM yang lebih memilih ambil kebijakan tak buka akses untuk lapangan pekerjaan.

Setali tiga uang, kondisi tersebut diperkuat dengan penurunan indeks keyakinan konsumen (IKK) yang mencapai 73,17 poin, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan masih berada di zona pesimistis. Bahkan, ekspektasi konsumen pada periode mendatang juga demikian.

“Semakin menurun dengan capaian sebesar 95,50 poin,” imbuhnya.

Baca Juga: Kembali Meroket, Kasus Positif COVID-19 di Kaltim Nyaris 15 Ribu

2. Pemesanan daging ayam ras dari hotel dan katering masih melandai

Harga Melandai, Warga Masih Pesimistis Ekonomi Kaltim Mulai Membaikilustrasi ikan (Pixabay/PICNIC-Foto-Soest)

Sementara itu, lanjutnya, untuk deflasi pada Oktober 2020 berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau yang tercatat minus 0,51 persen.

Keadaan serupa juga dialami oleh kelompok transportasi dengan deflasi minus 0,30 persen. Kondisi ini disebabkan oleh produksi sejumlah komoditas yang berlimpah di tengah daya beli konsumen yang masih terbatas. Kemudian berdasarkan komoditasnya, daging ayam ras pun ikut alami deflasi minus 0,062 persen.

“Lantaran konsumsi masih rendah, membuat pedagang menjual daging ayam ras dengan margin cukup tipis untuk memastikan stok tetap habis.

Selain itu, pembelian partai besar yang umumnya dilakukan oleh penyedia jasa katering, restoran hingga hotel juga belum tinggi,” tuturnya.

3. Berharap tak tergantung dengan pasokan dari luar daerah

Harga Melandai, Warga Masih Pesimistis Ekonomi Kaltim Mulai MembaikSuasana salah satu pusat perbelanjaan (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Komoditas lain yang juga alami deflasi ialah tomat dengan minus 0,017 persen. Tutuk menilai penyebabnya lantaran pasokan meningkat.

Meski begitu, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga di kelompok kesehatan sebesar 0,06 persen. Kebijakan penerapan protokol kesehatan menjadi pemicu meningkatnya permintaan di sektor ini.

Untuk memastikan pasokan dan harga bagi masyarakat berada dalam rentang harga normal, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltim sudah berkoordinasi dengan produsen dengan sejumlah toko mitra petani.

“Harapannya, upaya ini dapat mengurangi ketergantungan dengan pasokan luar daerah serta memberikan akses masyarakat terhadap produk dengan kualitas lebih baik dan segar,” tutupnya.

Baca Juga: Walau Dibayangi COVID-19, Okupansi Hotel di Kaltim Perlahan Meningkat

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya