Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi judi online (IDN Times/Yosafat Diva Bayu)

Balikpapan, IDN Times - Menggadaikan kendaraan, menjual barang berharga, hingga menyalahgunakan uang nasabah menjadi bagian dari perjalanan kelam Deden (26), bukan nama sebenarnya, saat terjerat kecanduan judi online. Meski tak mudah, pemuda berdomisili di Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) ini berhasil bangkit dan meninggalkan kebiasaan yang hampir menghancurkan hidupnya.

Deden mengungkapkan, kunci utama untuk lepas dari jeratan judi online adalah memanfaatkan waktu untuk aktivitas produktif dan memilih lingkungan pergaulan yang sehat.

"Kalau sering nongkrong di tempat di mana banyak yang main judi online, pasti tergoda. Itu yang saya alami dulu," ujarnya kepada IDN Times, Sabtu (16/11/2024).

1. Sempat gelapkan uang nasabah

Freepik/joe

Deden pertama kali mengenal judi online pada 2022 saat bekerja sebagai penagih di sebuah perusahaan leasing. Awalnya, ia menghabiskan waktu luangnya dengan nongkrong bersama teman-teman di warung kopi. Dari pergaulan itulah ia mulai tertarik pada judi bola.

"Saya penggemar bola, jadi saat tahu ada judi bola, langsung coba. Awalnya cuma untuk uang bensin, tapi lama-lama terjebak. Selain judi bola, saya juga ikut slot dan sabung ayam," kisahnya.

Sebagai pegawai leasing, akses Deden terhadap uang tunai semakin memperparah kecanduannya.
"Selama setahun, mungkin saya sudah kalah 300-400 juta rupiah. Saya sampai harus menggadaikan motor dan menjual barang-barang berharga, seperti iPhone 12 Pro Max, MacBook, dan iPad, demi berjudi," tambahnya.

Ulah Deden yang sering menggunakan uang nasabah akhirnya mencuri perhatian perusahaan. Ia pun dipanggil setelah target penagihan terus-menerus tak tercapai.
"Saya sempat mencicil uang yang saya pakai, sebelum memutuskan untuk resign," ujarnya. Beruntung, kasus itu tak sampai dibawa ke ranah hukum, berbeda dengan rekannya yang dipenjara dua tahun karena kasus serupa.

2. Menjadi pemarah semenjak kecanduan judi online

ilustrasi sedang emosi (pexels.com/Atul Choudhary)

Kecanduan judi online tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga memengaruhi kondisi psikologis Deden. Ia mengaku sering marah, emosional, bahkan memaksa nasabah untuk membayar tagihan hanya agar bisa berjudi lagi.
"Saya jadi mudah emosi, terutama kalau kalah judi," ungkapnya.

Akibatnya, kehidupan pribadi Deden turut hancur. Ia terpaksa berhenti kuliah karena kekurangan biaya dan sempat menumpang tinggal di kos teman selama enam bulan.
"Saat itulah saya sadar bahwa saya harus berhenti. Saya benar-benar berada di titik nol," kenangnya.

Dengan tekad yang kuat, Deden akhirnya memutuskan untuk meninggalkan judi online. Ia mulai mencari lingkungan yang lebih positif dan fokus pada pekerjaan.
"Saya sadar, judi hanya membawa kesengsaraan. Saya harus berubah agar hidup saya kembali lebih baik," tuturnya.

3. Kata psikolog soal kecanduan judi online

Psikolog RS Siloam Balikpapan, Patria Rahmawaty. (Dok. Patria Rahmawaty)

Psikolog Rumah Sakit Siloam Balikpapan, Patria Rahmawaty, menyatakan bahwa kecanduan judi online memiliki pola yang mirip dengan kecanduan rokok, gim, atau gawai.
“Otak merespons kemenangan dengan euforia. Tapi saat kalah, keinginan untuk menang justru makin besar. Inilah yang memicu lingkaran kecanduan,” jelasnya.

Kemudahan akses dan janji uang cepat menjadi faktor utama yang membuat orang tergoda, terutama mereka yang sedang menghadapi tekanan hidup. Namun, Rahmawaty menegaskan, kecanduan ini hanya membawa dampak negatif, seperti stres, gangguan mental, dan perilaku kriminal.

“Orang yang kecanduan judi online cenderung kehilangan kendali diri, menjadi agresif, bahkan bisa melanggar hukum. Kecanduan ini juga merusak hubungan sosial, termasuk keluarga,” tambahnya.

Dalam kasus parah, kecanduan judi memerlukan terapi psikologis, bahkan bantuan psikiater untuk mengendalikan perilaku agresif.
"Dampaknya tidak main-main, sehingga perlu penanganan serius," tegas Rahmawaty.

Kisah Deden menjadi pengingat betapa bahayanya kecanduan judi online. Mengambil langkah keluar dari lingkungan yang negatif dan fokus pada kegiatan yang produktif bisa menjadi awal dari perubahan hidup yang lebih baik.

Editorial Team