Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Momen Langka! 98 Tukik Menetas di Pantai SPN Balikpapan

Ilustrasi anak penyu. (Dok. Kementerian Lingkungan Hidup)

Balikpapan, IDN Times - Sebanyak 98 ekor tukik (anak penyu) ditemukan keluar dari sarangnya di kawasan Pantai SPN (Sekolah Polisi Negara), Balikpapan, Selasa malam (15/4/2025). Video kemunculan tukik-tukik di Pantai SPN ini sempat viral di media sosial Kota Balikpapan.

Penemuan ini terjadi secara tak terduga saat sejumlah personel Satbrimob Polda Kalimantan Timur sedang bersantai bersama keluarga.

Personel Satbrimob Polda Kaltim, IPDA Royke Daeng Ganam, mengatakan penemuan tukik bermula saat dirinya bersama keluarga dan keluarga Aipda Andre sedang duduk di area P2L (Pekarangan Pangan Lestari) Gegana sekitar pukul 21.00 WITA.

“Sambil menikmati roti bakar dan sirup dingin, sekitar pukul 21.45 WITA saya melihat sekumpulan tukik keluar dari lubang berdiameter kurang lebih 15 cm. Saya langsung memberi isyarat sambil berkata, ‘Itu kan kura-kura’, lalu beranjak menghampiri,” ujarnya.

Tukik-tukik tersebut ditemukan berada di tengah area, tepat di depan pintu keluar menuju laut. Dari total 98 ekor tukik, sebanyak 50 ekor langsung dilepas ke laut malam itu juga, sementara sisanya diamankan oleh personel Gegana untuk dilepaskan kemudian.

“Ada satu butir telur yang belum menetas. Semua proses pelepasan didokumentasikan oleh rekan-rekan personel Gegana,” tambah IPDA Royke.

1. Bukan yang pertama kali

Momen saat warga di kawasan Pantai SPN melepaskan tukik alias anak penyu ke laut lepas pada Selasa (15/4/2025) malam kemarin. (Dok. Istimewa)

Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, Syarif Iwan Taruna Alkadrie, mengapresiasi antusiasme masyarakat membantu melepas tukik ke laut. Namun dia mengingatkan pentingnya pelaporan kepada pihak berwenang.

“Untungnya kemarin dirilis pada malam hari, kondisi gelap, ini sangat membantu. Tapi tetap, idealnya dilaporkan terlebih dahulu ke BPSPL atau dinas terkait agar bisa ditangani sesuai prosedur,” pesan dia.

Menurut Syarif, keberadaan sarang penyu di pesisir Pantai SPN ini menunjukkan bahwa Kawasan pesisir Balikpapan merupakan habitat penting bagi beberapa jenis penyu.

Dari tujuh spesies penyu yang ada di dunia, enam di antaranya terdapat di Indonesia, dan tiga jenis diketahui sering ditemukan di kawasan pesisir Balikpapan, yakni Penyu Lekang, Penyu Sisik, dan Penyu Hijau.

“Kami pernah mendapati penyu naik bertelur di kawasan Sepinggan pada 2021, tepatnya di samping bandara, di pantai yang cukup sepi. Lokasi sarangnya kami relokasi karena dekat dengan predator seperti biawak. Dari relokasi itu, kami berhasil menetaskan dan melepaskan 84 ekor tukik Penyu Sisik ke alam,” ujarnya.

Dia meneruskan, nelayan dan kelompok masyarakat pengawas (pokmaswas) juga kerap melaporkan penemuan penyu yang terdampar atau tertangkap tidak sengaja dalam jaring, yang kemudian dilepaskan kembali. "Dari video yang beredar, kemungkinan penyu yang menetas adalah jenis Penyu Sisik atau Penyu Lekang," ujar dia.

2. Penyu masuk kategori satwa yang dilindungi penuh

Ilustrasi tukik. (Dok. Antara)

Ketiga jenis penyu yang ditemukan di Balikpapan termasuk dalam kategori satwa yang dilindungi penuh berdasarkan peraturan Kementerian Lingkungan Hidup. Secara internasional, semua penyu masuk dalam Apendiks I CITES, artinya tidak boleh diperdagangkan karena statusnya yang terancam punah.

Secara spesifik, penyu lekang berstatus rentan (vulnerable), penyu hijau terancam punah (endangered), dan penyu aisik berstatus kritis (critically endangered).

“Penyu memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Mereka memakan ubur-ubur, menjaga populasi spons yang bisa mengganggu pertumbuhan terumbu karang, serta menyuburkan padang lamun dan rumput laut,” kata Syarif.

Terumbu karang sendiri merupakan sumber makanan dan tempat berlindung bagi berbagai biota laut.

3. Sampah dan pembangunan pesisir jadi ancaman

Ilustrasi sampah plastik di lautan. (Dok. iStock.com)

Sayangnya, meningkatnya aktivitas manusia di kawasan pesisir Balikpapan menjadi ancaman serius bagi habitat penyu. Menurut Syarif, kawasan seperti Teritip, Manggar, dan Sepinggan memiliki potensi sebagai lokasi bertelur, namun kian terdesak oleh permukiman, polusi cahaya, dan sampah.

“Hasil monitoring tahun lalu menunjukkan sampah plastik mendominasi pesisir Sepinggan. Ini membahayakan penyu karena mereka bisa mengira plastik sebagai ubur-ubur dan menelannya,” tuturnya prihatin.

4. Pentingnya peran masyarakat

Ilustrasi pelepasan tukik. (Dok. Antara)

Syarif menekankan, masyarakat memegang peran penting dalam konservasi penyu. Jika menemukan penyu naik ke pantai atau tukik yang baru menetas, warga diminta segera melapor ke BPSPL atau Dinas Kelautan setempat.

“Jangan langsung dilepaskan. Biarkan mereka merangkak sendiri ke laut bila memungkinkan, karena ini bagian penting dari proses alami penyu untuk mengingat lokasi kelahirannya. Mereka akan kembali ke tempat itu saat dewasa untuk bertelur,” jelasnya.

Penyu baru mencapai usia dewasa dalam waktu 10-20 tahun. Namun, dari ribuan tukik yang menetas, hanya 1-2 ekor yang mampu bertahan hingga dewasa.

Syarif mengatakan, kemunculan tukik di pantai Balikpapan, menjadi pengingat bahwa wilayah ini menyimpan nilai ekologis tinggi yang harus dijaga, meski berada di tengah aktivitas manusia yang padat.

Ke depan, kata Syarif upaya kolaboratif antara masyarakat, pemerintah, dan komunitas lingkungan sangat dibutuhkan agar penyu tetap memiliki rumah di pesisir Balikpapan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
SG Wibisono
EditorSG Wibisono
Follow Us