Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Penjurusan Kembali di SMA, Ini Respons Kepsek dan Siswa di Banjarbaru

Proses belajar mengajar di SMAN 1 Banjarbaru. (Hendra/IDN Times)

Banjarbaru, IDN Times - Pemerintah berencana menghidupkan kembali sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Kebijakan ini diungkapkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, sebagai bagian dari rencana revisi kebijakan pendidikan nasional.

Sistem penjurusan sebelumnya dihapus dalam Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan Menteri Pendidikan terdahulu, Nadiem Makarim, sebagai pengganti Kurikulum 2013 (K-13). Kurikulum Merdeka mulai diterapkan secara bertahap sejak 2021 dan menjadi kurikulum nasional pada 2024.

Wacana pengembalian sistem penjurusan ini pun menuai berbagai tanggapan dari publik, termasuk dari pihak sekolah dan siswa.

1. Dukungan dari para guru

Kepala Sekolah SMAN 1 Banjarbaru, Fina Rahmiati. (Hendra/IDN Times)

Kepala SMAN 1 Banjarbaru, Fina Rahmiati, mengaku tidak mempermasalahkan wacana tersebut. Menurutnya, baik Kurikulum Merdeka maupun Kurikulum 2013 tetap sama-sama menerapkan sistem peminatan, hanya teknis pelaksanaannya yang berbeda.

“Kalau Kurikulum Merdeka, siswa bebas memilih mata pelajaran sesuai minatnya. Sementara di K-13, jurusan sudah dipaketkan, seperti IPA yang berisi matematika, fisika, kimia, dan biologi,” jelas Fina, Jumat (19/4/2025).

Fina menilai, sistem penjurusan justru lebih memudahkan sekolah dalam menyusun jadwal dan menyesuaikan dengan ketersediaan guru. Sebab dalam Kurikulum Merdeka, kebebasan siswa memilih mata pelajaran kadang tidak sejalan dengan keterbatasan jumlah guru.

“Kalau siswa bebas memilih, ada tantangan dalam memenuhi beban jam mengajar guru. Apalagi guru bersertifikat diwajibkan mengajar minimal 24 jam per minggu di bidang tertentu, jadi ini menjadi PR jika siswanya terlalu bebas memilih,” tambahnya.

Ia juga menilai, sistem penjurusan akan membantu siswa lebih fokus menyiapkan diri sebelum melanjutkan ke perguruan tinggi.

2. SMAN 1 Banjarbaru siap beradaptasi

Proses belajar mengajar di SMAN 1 Banjarbaru. (Hendra/IDN Times)

Terkait wacana perubahan kurikulum, Fina memastikan SMAN 1 Banjarbaru siap beradaptasi. Menurutnya, perubahan kurikulum merupakan hal yang wajar dalam dunia pendidikan.

“Yang penting, pemerintah juga menyiapkan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kompetensi guru, agar siap mengikuti kebijakan baru,” ujarnya.

Salah satu siswa kelas 11 SMAN 1 Banjarbaru, Muhammad Arief Putra Kusuma, mengaku sudah mendengar kabar wacana pengembalian sistem penjurusan. Menurutnya, sistem penjurusan akan lebih memudahkan siswa dalam menentukan arah studi.

“Kalau ada jurusan, siswa jadi lebih fokus. Kalau belum tahu mau ke mana setelah lulus, jurusan bisa jadi panduan,” kata Arief.

Namun, ia juga menilai bahwa Kurikulum Merdeka belum sepenuhnya memberi kebebasan pada siswa dalam memilih mata pelajaran. “Waktu kelas 10, saya lebih diarahkan berdasarkan nilai rapor, misalnya kalau nilai IPA lebih tinggi, diarahkan ke sana,” jelasnya.

3. Perubahan kurikulum membuat bingung siswa

Proses belajar mengajar di SMAN 1 Banjarbaru. (Hendra/IDN Times)

Arief menambahkan, perubahan kurikulum yang terlalu sering justru membuat siswa bingung. Menurutnya, kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum, tetapi juga oleh kualitas sumber daya manusia (SDM).

“Kalau SDM-nya belum siap, kurikulum berganti berapa kali pun tidak akan terlalu berdampak. Apalagi masalah seperti stunting juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak,” pungkasnya.

Artikel ini dilaporkan Hendra, kontributor IDN Times di Banjarbaru.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
SG Wibisono
EditorSG Wibisono
Follow Us