Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sehari Produksi 601 Ton, Sampah Jadi Biang Kerok Banjir Samarinda

Kawasan perumahan di sempadan Sungai Karang Mumus (IDN Times/Yuda Almerio)

Samarinda, IDN Times - Ragam ihwal menjadi biang kerok banjir di Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim). Sampah salah satunya. Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi Wongso pun sepakat dengan hal tersebut. Banjir dan sampah menjadi dua hal yang tak bisa dipisahkan.

“Saat ini banjir di Samarinda ini tak terlepas dari urusan sampah. Juga masih ada oknum yang membuang sampah ke sungai dan itu sampahnya ukuran besar,” ujar Rusmadi seperti dilansir dari rilis resmi Pemkot Samarinda, Senin (24/5/2021).

1. Samarinda Utara jadi kecamatan terbanyak menghasilkan sampah di Samarinda

Wakil Wali Kota Samarinda, Rumadi Wongso (bataraonline/Istimewa)

Persoalan sampah di Samarinda memang bukan hal baru, bahkan sama lumrahnya dengan petaka banjir. Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda menyebut jika produksi sampah di ibu kota provinsi ini bisa mencapai 601 ton per hari.

Dari ratusan ton itu paling besar ialah kategori sampah organik seperti sisa makanan, daun, kertas hingga ranting pohon. Jumlahnya 60 persen, sisanya 21 persen berasal dari ragam sampah, salah satunya ialah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Masih dari data DLH Samarinda, ratusan ton sampah ini tersebar di sepuluh kecamatan di Samarinda. Dari semuanya kawasan paling banyak hasilkan sampah ialah Samarinda Utara. Per hari kecamatan ini menyumbang 90,52 ton. Menyusul Samarinda Ulu dengan produksi sampah sebanyak 89,62 ton, lalu Sungai Kunjang dengan 84,07 ton, kemudian Sungai Pinang ada 77,06 ton selanjutnya Samarinda Ilir memproduksi 53,51 ton, Samarinda Seberang 52,41 ton, Loa Janan Ilir 51,62 ton, Palaran 44,71 ton, Sambutan 43,05 ton dan paling sedikit di antara semua daerah ialah Samarinda Kota 24,36 ton.

Jika dihitung, satu orang warga Samarinda menghasilkan sekitar 0,7 kilo gram per hari.

“Karena itu segmen Sungai Karang Mumus (SKM) menjadi salah satu perhatian serius untuk urusan penanganan sampah maupun banjir di Samarinda,” imbuhnya.

2. Masih ada warga yang suka buang sampah ke sungai

Ilustrasi sampah plastik (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Salah metode yang digaungkan pemkot untuk mengurangi masalah sampah di Samarinda ialah dengan memasang sistem jaring tangkap sampah. Total ada empat jaring yang dipasang. Tersebar di empat lokasi. Misalnya di Jembatan Gang Nibung Jalan dr Soetomo, Jembatan Baru Jalan KH Agus Salim, Jembatan II di Sungai Dama, serta Jembatan I di Jalan Gurami. 

Keempat lokasi ini memang berdekatan dengan permukiman warga, ada juga yang bersisian lingkungan pasar. Sehingga tak jarang ditemukan juga ditemukan bulu ayam.

Bahkan ada yang menggunakan air SKM untuk membilas tahu dan tempe.

“Ini sudah masuk kategori pencemaran. Makanya saya bersama Pak Wali (Andi Harun) sangat serius menangani masalah sampah ini,” tegasnya.

3. Ragam metode dilakukan agar warga tak buang sampah ke sungai

Jembatan Gang Nibung, di Jalan dr Soetomo sempadan Sungai Karang Mumus (IDN Times/Yuda Almerio)

Dia menambahkan, Gerakan Sungai Karang Mumus Bersih Sampah ini bukan sekadar program 100 hari kerja semata. Politisi PDI Perjuangan ini menjelaskan jika cara tersebut merupakan fondasi untuk menanamkan budaya tertib mengelola sampah serta mencegah pembuangan sampah ke sungai.

Langkah lain untuk menuntaskan persoalan sampah ini adalah pemindahan tempat pembuangan sementara (TPS) yang terletak di jalan-jalan protokol.

“Walaupun menjadi lebih jauh dari tempat tinggal warga, tapi kami ingin mengubah budaya masyarakat agar tertib buang sampah. Saat ini kami juga fokus dengan pencegahan buang sampah di sungai,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yuda Almerio
EditorYuda Almerio
Follow Us