TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BRIN Teliti Pelestarian dan Warisan Budaya di IKN

Berpotensi sebagai penggerak ekonomi kreatif

Tim peneliti BRIN bersama masyarakat dan tokoh adat Paser (IDN Times/Ervan)

Penajam, IDN Times - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti pelestarian dan warisan budaya tak benda di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur (Kaltim).

"Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pembangunan IKN adalah karakter keragaman budaya masyarakat Indonesia di satu sisi dan kelestarian budaya lokal di sisi lainnya, sehingga BRIN melakukan penelitian di Sepaku," ujar Ketua Tim Peneliti BRIN Harits Fadlly, kepada IDN Times, Kamis (14/9/2023). 

Strategi yang dapat mengharmonisasikan berbagai keragaman tersebut, sekaligus mempertahankan kekayaan lokalitas warisan budaya tak benda masyarakat.

Baca Juga: Pembangunan Gedung Dimulai, Kampus Unpar Bakal Berdiri di PPU

1. Penelitian dilakukan selama 14 hari

Ritual Belian adat Paser PPU (IDN Times/ Ervan)

Untuk itu, sambungnya, para peneliti BRIN yang berada di bawah Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra meneliti strategi pelestarian dan penguatan sejumlah warisan budaya tak benda yang masih ada di kawasan IKN.

Khususnya di Kawasan Inti Pemerintahan Pusat (KIPP) di Kecamatan Sepaku, PPU.

"Riset ini terfokus pada pertanyaan bagaimana cara memperkuat dan melestarikan warisan budaya tak benda sebagai dampak kehadiran IKN, sehingga tetap menjadi living culture tanpa mereduksinya menjadi objek pasif semata," jelas Harits Fadlly.

Ia mengungkapkan, penelitian yang dilakukan selama 14  hari sejak tanggal 4 hingga 17 September 2023 ini, memfokuskan pada identifikasi warisan budaya yang masih ada dan terancam punah, serta strategi pelestarian dan penguatannya. 

"Fokus warisan budaya tak benda dalam penelitian adalah ekspresi lisan, seni pertunjukan, ritual tradisional, dan pengetahuan tradisional," ucapnya. 

2. Peneliti lakukan sejumlah wawancara

Tim peneliti BRIN bersama masyarakat dan tokoh adat Paser (IDN Times/Ervan)

Harits Fadlly menerangkan, untuk menggali data, para peneliti melakukan sejumlah wawancara dengan para tokoh adat, maestro seni tradisi, dan aktivis pelestari budaya Paser dan Paser Balek di wilayah Sepaku serta Badan Otorita IKN. 

"Selain itu, kami juga lakukan pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap seni tari tradisi," tuturnya.

Beberapa warisan budaya tak benda yang berhasil diidentifikasi, lanjutnya, adalah nondoi, betoreh, besoyong, tari ronggeng paser, kuliner tradisional, dan motif hiasan di peci. 

"Sejumlah situs-situs budaya penting juga berpotensi dikembangkan sebagai penggerak ekonomi kreatif masyarakat berbasis wisata budaya," ungkapnya. 

Menurutnya, beberapa warisan budaya tak benda tersebut,  memerlukan strategi untuk tetap lestari dan diperkuat agar menjadi identitas masyarakat sekaligus memberikan manfaat bagi mereka.

3. Beberapa komunitas bangkitkan kembali warisan budaya

Tim peneliti BRIN bersama pejabat Otorita IKN (IDN Times/Ervan)

Kemudian, terangnya, ada beberapa komunitas di lingkungan masyarakat Paser dan Paser Balek telah mengupayakan untuk membangkitkan kembali berbagai warisan budaya tak benda, seperti mendirikan sanggar-sanggar seni dan festival-festival kebudayaan tingkat kecamatan maupun kabupaten.

Sebagaimana yang dilakukan warga Paser bernama Eko dan warga Balek bernama Dahlia. 

"Sedangkan pihak Badan Otoritas sejauh ini masih mengumpulkan aspirasi dari masyarakat-masyarakat adat di lingkungan pembangunan IKN, seperti masyarakat adat Paser dan Paser Balek. Sempat mengemuka aspirasi dari masyarakat untuk mengembangkan kampung budaya yang dapat melestarikan dan mempromosikan budaya Paser Balek," sebutnya.

Tetapi pihaknya menilai, hal ini masih menghadapi berbagai masalah, seperti terkait penempatan kembali pemukiman masyarakat, sebab pemukiman itu sekarang menjadi lokasi rawan banjir karena berada di tepi Sungai Sepaku. Di mana selain dirinya  tim beranggotakan Agus Iswanto, Dede Hidayatullah, AS Rakhmad Idris, Ninawati Syahrul, dan Mahmudah Nur.

Baca Juga: Konflik Agraria di PPU Membutuhkan Perhatian Serius

Berita Terkini Lainnya