Wapres Ingatkan Warga Kaltim untuk Waspada pada Paham Anti Pancasila
Orasi ilmiah Wapres RI di kampus UNU Samarinda
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Samarinda, IDN Times - Orasi ilmiah Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Ma’ruf Amin mengangkat isu terkait pentingnya penanaman karakter bangsa bagi generasi muda di tengah gempuran teknologi informasi yang kian massif dewasa ini.
Wapres memulai paparannya dengan menguraikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dalam beberapa waktu terakhir.
Diakui Ma’ruf Amin, kemajuan teknologi informasi membuka peluang baru untuk memperbaiki kehidupan manusia. Di sisi lain perkembangan teknologi informasi juga membawa tantangan dan risiko. Teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan masyarakat dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Informasi mengalir dari satu tempat ke tempat lain, hanya dalam hitungan detik. Perubahan ini bisa membawa kemaslahatan, tapi juga kemudaratan. Tergantung bagaimana kita menyikapi dan mengelolanya,” kata Wapres Ma’ruf Amin pada Rapat Terbuka Senat Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalimantan Timur (Kaltim) di akun Instagram Pemprov Kaltim, Selasa (2/11/2021).
Baca Juga: Tiba di Samarinda, Ini Tiga Tempat Dikunjungi Wapres RI
1. Penyebaran paham anti Pancasila lewat teknologi
Masih dalam orasinya, Wapres Ma’ruf Amin menyebutkan, salah satu kemudaratan teknologi informasi adalah penyebaran secara masif, paham yang bertentangan dengan ideologi negara. Bukan hanya itu, pun sering terjadi disinformasi dalam rupa berita bohong atau hoaks.
“Salah satu sebab disinformasi itu adanya algoritma kurasi yang membuat setiap kelompok orang meyakini hanya informasi yang dipasok oleh kelompoknya yang benar. Sementara kelompok lain, meyakini kebenaran hanya dari kelompok mereka sendiri,” tegas Ma’ruf Amin.
“Hal ini akan menimbulkan keterbelahan dan perpecahan umat serta bangsa,” sambungnya.
Karena itu, kata mantan Ketua MUI itu, perguruan tinggi sebagai tahap akhir pendidikan formal, seyogyanya dapat membekali mahasiswa untuk senantiasa dapat bersikap kritis dalam menyikapi arus media informasi dengan tetap berpegang teguh kepada akidah, akhlak (etika, moral dan karakter), serta ilmu pengetahuan.