TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pandangan Psikolog soal Kasus Bapak Perkosa Anak Kandung di Samarinda

Pola yang dilakukan pelaku pemerkosaan cenderung serupa

Ilustrasi kekerasan pada anak (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Samarinda, IND Times - Kasus pemerkosaan yang dilakukan seorang bapak kandung kepada anaknya di Samarinda, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu, masuk kategori di luar kelaziman. Demikian dikatakan Ayunda Ramadhani, koordinator Tim Psikolog Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Samarinda.

“Apalagi lebih dari tiga kali, tapi ini konteksnya tetap pemerkosaan karena tak ada kesepakatan di antara keduanya,” ujarnya saat dikonfirmasi pada Selasa (28/7/2020) siang.

Baca Juga: Dicekoki Miras, Bapak Kandung di Samarinda Rudapaksa Putrinya 

1. Kasus pencabulan dan pemerkosaan biasanya dilakukan oleh orang terdekat

Ilustrasi Pencabulan (IDN Times/Sukma Shakti)

Dia menerangkan, selama ini lazim memang kasus pencabulan ataupun pemerkosaan dilakukan oleh orang terdekat. Bahkan yang tak disangka-sangka seperti ayah, kakak atau kakek. Jadi kasus ini bukan kali pertama. Dan dari informasi yang dihimpun Ayunda dari sejumlah media, perbuatan ini sudah direncanakan dari awal dengan minuman keras atau miras.

“Jadi bila melihat kasusnya, pemerkosaan terjadi karena ada kesempatan bukan kondisi. Gara-gara nonton film porno misalnya,” imbuhnya.

2. Ciri-ciri dari para tersangka pemerkosaan selalu sama

Ilustrasi pencabulan (IDN Times/Sukma Shakti)

Kata Ayunda, dari sebagian besar kasus yang pernah masuk asesmen Tim Psikolog UPTD PPA Samarinda ciri-ciri dari tersangka kasus pemerkosaan atau pencabulan selalu sama. Dominan, merasa lebih berkuasa dari pada perempuan sehingga bisa melakukan apa saja yang diingini. Kemudian manipulatif, merekayasa kondisi demi dapatkan sasaran dan antisosial.

“Masih ingat dengan kasus Reynhard Sinaga. Polanya senada, membuat korban lemah kemudian bebas melakukan apa saja setelahnya. Kebanyakan kasus, tersangka memang tak bisa menahan nafsunya,” terangnya.

Baca Juga: Ironi Samarinda sebagai Kota Layak Anak, Kasus Kekerasan Masih Tinggi

Berita Terkini Lainnya