Anak Malas saat Kerja Kelompok? Mungkin Ini Solusinya!

Samarinda, IDN Times - Pernah nggak sih kamu melihat anak yang super aktif saat ngerjain tugas sendiri, tapi langsung pasif begitu harus kerja bareng teman? Fenomena ini dikenal dengan istilah social loafing—yaitu kondisi di mana seseorang cenderung mengurangi usaha saat bekerja dalam tim dibanding saat bekerja sendiri. Dan ya, ini nggak cuma terjadi pada orang dewasa, tapi juga bisa muncul sejak usia anak-anak.
Social loafing pada anak bisa muncul karena berbagai alasan: mereka merasa kontribusinya nggak penting, kurang percaya diri, atau malah terlalu nyaman biarin teman lain yang kerja lebih keras. Kalau dibiarkan, kebiasaan ini bisa bikin anak jadi pasif, susah kerja sama, dan nggak bertanggung jawab dalam tim di masa depan.
Nah, sebagai orang tua atau pendidik, penting banget buat peka dan cepat tanggap terhadap gejala ini. Yuk, simak 5 cara jitu mengatasi social loafing pada anak, biar mereka bisa tumbuh jadi pribadi yang aktif dan kompak saat kerja bareng orang lain. Tips ini dikutip dari Forbes.com dan bisa langsung kamu terapkan:
1. Beri tugas yang jelas dan spesifik

Salah satu pemicu utama anak jadi pasif saat kerja kelompok adalah ketidakjelasan peran. Kalau tugas dibagi secara umum tanpa arah yang jelas, anak bisa merasa kontribusinya nggak dibutuhkan.
Solusi: Bagi tanggung jawab secara spesifik dan sesuai kemampuan mereka. Anak jadi tahu persis apa yang harus dikerjakan, merasa perannya penting, dan termotivasi untuk aktif.
2. Bangun rasa percaya diri anak

Banyak anak yang memilih diam bukan karena malas, tapi karena minder. Mereka takut kontribusinya dianggap nggak sebanding dengan teman-temannya.
Solusi: Beri pujian untuk setiap usaha positif, sekecil apa pun. Ciptakan ruang yang aman bagi anak untuk menyampaikan pendapat-misalnya di rumah atau kelompok belajar kecil. Percaya diri itu bisa dilatih, kok!
3. Lakukan evaluasi dalam pekerjaan kelompoknya

Sistem penilaian kolektif kadang bikin anak merasa aman-aman aja meski nggak ngapa-ngapain. Ini bisa memperkuat perilaku social loafing.
Solusi: Terapkan evaluasi individu dalam proyek kelompok, seperti presentasi per anak atau laporan kontribusi pribadi. Dengan begitu, anak tahu kalau usahanya bakal kelihatan dan dinilai secara adil.
4. Pentingnya ajarkan kerja sama dan tanggung jawab

Buat sebagian anak, kerja kelompok masih dianggap sebagai kesempatan buat “rebahan bareng”. Mereka belum paham makna kolaborasi yang sebenarnya.
Solusi: Ajak anak ngobrol soal pengalaman kerja tim mereka. Bahas bagian mana yang bisa ditingkatkan dan tunjukkan bahwa hasil dari kerja bareng bisa lebih keren daripada kerja sendiri.
5. Latih kepemimpinan anak sedari dini

Anak yang sering diberi kesempatan memimpin akan terbiasa mengambil tanggung jawab dan memotivasi teman-temannya. Ini ampuh banget buat mengurangi social loafing.
Solusi: Tunjuk anak sebagai ketua kelompok, koordinator tugas kecil, atau penanggung jawab kegiatan sederhana. Tanggung jawab kecil ini bisa melatih rasa memiliki dan semangat kerja tim.
Social loafing mungkin terdengar sepele, tapi kalau dibiarkan bisa jadi penghambat besar dalam tumbuh kembang anak—baik secara sosial maupun akademik. Peran orang tua dan guru penting banget untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kerja sama sehat. Dengan bimbingan yang tepat, anak bisa tumbuh jadi pribadi yang aktif, percaya diri, dan siap kerja bareng siapa saja.