Pandemik, Ingatlah Tetangga adalah Penolong dan Keluarga yang Terdekat
Lakukan investasi sosial sejak sekarang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balikpapan, IDN Times - Masa pandemik tak hanya membawa dampak kesehatan, namun mempengaruhi seluruh kehidupan manusia, baik ekonomi, sosial, dan psikologis. Prof. Dr. Euis Sunarti, dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) menekankan, ternyata status sosial ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap kepatuhan untuk menjalankan protokol kesehatan.
"Angka kemiskinan sekitar 28 juta, tapi kalau kita lihat dari data keluarga sejahtera dengan pendekatan BKKBN yang lama, maka sekitar 41,5 persen keluarga Indonesia belum sejahtera. Umumnya bekerja serabutan atau tidak stabil," katanya.
Ini berdampak pada penerapan protokol kesehatan terutama untuk physical distancing atau untuk berada di rumah saja.
"Jika tidak keluar rumah maka tidak punya pendapatan untuk esok atau lusa untuk makan. Jadi jika mau melakukan sosialisasi adaptasi kebiasaan baru, untuk menghindari kegiatan keluar rumah ini sulit dilakukan," kata Euis dalam Webinar 'Partisipasi Masyarakat terhadap Pencegahan dan Dampak Pandemi COVID-19 dalam Keluarga' yang digelar oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), pada Selasa (10/11/2020)
Baca Juga: Duh! Angka Positif COVID-19 di Kaltim Sudah Tembus 15 Ribu Kasus
1. Banyak keluarga hanya memiliki tabungan 2 bulan atau di bawah dua bulan untuk kebutuhan hidup keluarga
Selain itu, menurut survei online yang dilakukannya pada April 2020 diikuti oleh 1.330 keluarga dan Juni 2020 diikuti oleh sekitar 900 keluarga, dengan responden termasuk keluarga dengan level pendidikan mayoritas D3, S1,S2,dan S3, hasilnya ternyata mereka tidak memiliki kesiapan finansial yang cukup.
"Bayangkan yang pendidikan tinggi 73 sampai 85 persen, ternyata 53 persen (diantaranya) contoh (responden) hanya memiliki tabungan 2 bulan atau di bawah dua bulan untuk kebutuhan hidup keluarga, termasuk yang tidak punya tabungan sama sekali," kata Euis.
Ia menekankan bahwa aspek ketahanan keluarga sangat terlihat di masa pandemik. Tidak hanya pada keluarga yang lemah ekonomi tetapi juga pada keluarga yang lebih mampu secara ekonomi.
Dampak pandemik lainnya, adalah 77,5 persen dari 1.330 responden penelitian menyatakan mengurangi pengeluaran pangan, mengurangi pembelian pangan hewani yang lebih mahal, dan mengurangi porsi makan. Ini akan berdampak pada tercukupinya kebutuhan gizi terutama pada anak-anak.
"Dampak pandemik yang hampir 10 bulan ini saya rasa akan sangat berdampak pada kualitas hidup sumber daya manusia Indonesia oleh karena itu upaya-upaya itu sangat urgent untuk mencegah dampak lanjutan," ujar dosen yang fokus pada bidang ketahanan, kesejahteraan, pemberdayaan keluarga ini.
Baca Juga: Ilmuwan Eijkman: Bibit Vaksin Merah Putih Siap Awal 2021