Kemitraan Strategis Dorong Sertifikasi dan Akses Pasar Petani Sawit

Balikpapan, IDN Times – The Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) bersama Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk mempercepat pertumbuhan inklusif, sertifikasi, dan akses pasar bagi pekebun sawit Indonesia. Penandatanngan MoU dilakukan pada Setaracita Expo 2025 di Balikpapan, Selasa (9/9/2025).
Kerja sama ini penting, mengingat hampir 40 persen produksi minyak sawit nasional berasal dari pekebun. MoU ini diharapkan mengukuhkan kepemimpinan Indonesia di panggung global sebagai produsen minyak sawit berkelanjutan.
1. Produktivitas pekebun masih rendah dibanding perkebunan besar

Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar dunia dengan kontribusi 55 persen pasokan global. Namun produktivitas pekebun jauh tertinggal. Rata-rata panen pekebun hanya dua hingga tiga ton per hektar, sedangkan perkebunan besar bisa enam hingga delapan ton per hektar.
Kesenjangan ini, ditambah keterbatasan akses pembiayaan dan sertifikasi, bisa melemahkan daya saing nasional. Menurut Head of Smallholder RSPO, Guntur Cahyo Prabowo, setiap ton yang hilang akibat rendahnya produktivitas akan mengurangi keunggulan Indonesia di pasar global.
“Nota Kesepahaman ini tidak hanya tentang sertifikasi, tetapi juga keadilan, ketahanan, dan pertumbuhan inklusif. Menutup kesenjangan panen tanpa menambah luasan lahan justru memperkuat keunggulan kompetitif Indonesia,” jelas Guntur.
Ia mengingatkan, tanpa tindakan inklusif Indonesia berisiko kehilangan miliaran dolar tiap tahun akibat hilangnya premi pasar dan ancaman dikeluarkan dari pasar global yang semakin ketat, termasuk aturan Uni Eropa melalui European Union Deforestation Regulation (EUDR).
2. APKASINDO sebut capaian bersejarah bagi jutaan petani

Ketua DPP APKASINDO, Gulat ME Manurung, menyebut MoU ini sebagai capaian historis bagi jutaan pekebun sawit Indonesia. Selama ini, petani sering dipandang sebagai pemasok marginal meski kontribusinya hampir 40 persen dari produksi nasional.
“Dengan kerja sama strategis bersama RSPO, kami dianggap sebagai mitra setara dalam rantai pasok global. Ini bukan hanya soal sertifikasi, tapi juga masa depan jutaan keluarga tani: akses pembiayaan, pasar yang adil, dan peningkatan produktivitas tanpa membuka lahan baru,” ujar Gulat.
Ia optimistis, kemitraan ini akan memperkuat ketahanan ekonomi pedesaan, menutup kesenjangan hasil panen, sekaligus menjaga kepemimpinan Indonesia di minyak sawit berkelanjutan.
3. Seruan untuk bangun ekosistem pekebun inklusif

Di sisi lain, kerja sama RSPO–APKASINDO juga menjadi ajakan kepada pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku industri untuk membangun ekosistem yang mendukung petani.
Dengan menempatkan pekebun sebagai mitra setara, Indonesia diyakini tidak hanya mampu menjaga keberlanjutan, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin global industri minyak sawit yang adil, inklusif, dan berketahanan.