Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi penyebab leptospirosis (pixabay.com/siapa)

Balikpapan, IDN Times - Belakangan ini, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan (DKK) mengumumkan peningkatan kewaspadaan terhadap kasus suspek leptospirosis. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira ini, dapat menyerang siapa saja yang terpapar urin atau darah hewan yang terinfeksi, seperti tikus.

Mengingat adanya peningkatan jumlah kasus, mari kita simak lebih dalam mengenai penyebab, gejala, faktor risiko, serta cara pencegahan dan pengobatan leptospirosis.

1. Apa itu Leptospirosis?

Ilustrasi kasus leptospirosis. (Dok. Dinas Kesehatan Gorontal0)

Dikutip dari laman resmi Kementerian Keesehatan, leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang dapat memasuki tubuh manusia melalui luka terbuka, mata, hidung, mulut, atau saluran pencernaan.

Bakteri ini biasanya ditemukan dalam urin hewan yang terinfeksi, seperti tikus, dan dapat menular ke manusia yang terpapar langsung.

2. Penyebab penularan leptospirosis

Urin tikus menjadi salah satu penyebab paling umum penularan leptospirosis. (Dok. iStock)

Penyebaran penyakit ini sering kali terkait dengan lingkungan yang terkontaminasi oleh urin hewan pembawa bakteri. Salah satu sumber utama penularan adalah tikus yang sering ditemukan di area perkotaan, terutama di daerah yang tergenang air, seperti setelah banjir.

Tak hanya itu, manusia juga bisa terinfeksi melalui kontak langsung dengan tanah atau air yang terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi.

3. Gejala leptospirosis

Ilustrasi gejala leptospirosis. (Dok. iStock)

Gejala leptospirosis dapat muncul dalam waktu 2 hari hingga 4 minggu setelah terpapar bakteri. Namun, gejalanya bisa sangat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga parah. Beberapa gejala umum yang sering ditemukan adalah:

  • Demam tinggi
  • Sakit kepala
  • Mual dan muntah
  • Kehilangan nafsu makan
  • Diare
  • Nyeri otot

Selain itu, beberapa penderita juga bisa mengalami mata merah, sakit perut, serta munculnya bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini setelah berada di area yang berisiko, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

4. Faktor risiko penularan leptospirosis

Ilustrasi penyakit saat banjir (pexels.com/hitesh choudhary)

Beberapa kelompok orang memiliki risiko lebih tinggi terpapar leptospirosis, seperti mereka yang sering beraktivitas di luar ruangan. Berikut ini adalah beberapa kelompok yang perlu lebih waspada:

  • Petani yang bekerja di ladang atau sawah
  • Nelayan yang sering berinteraksi dengan air laut atau perairan
  • Pekerja tambang yang berada di area terbuka
  • Warga yang tinggal di daerah rawan banjir, terutama saat musim hujan
  • Olahragawan atau penggemar rekreasi air di alam bebas, seperti berenang atau

berperahu di sungai dan danau yang tercemar
Selain itu, interaksi dengan hewan ternak atau peliharaan, serta pekerjaan yang melibatkan saluran pembuangan atau sanitasi juga meningkatkan risiko penularan.

5. Komplikasi berbahaya dari leptospirosis

Ilustrasi ranjang rumah sakit. Freepik

Jika tidak ditangani dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan komplikasi serius yang membahayakan nyawa. Beberapa komplikasi yang dapat muncul antara lain:

  • Cedera ginjal akut
  • Perdarahan saluran cerna
  • Gagal hati
  • Kerusakan otot rangka atau rhabdomyolysis
  • Keguguran pada ibu hamil

Dalam kasus yang lebih parah, dapat menyebabkan gagal jantung atau penggumpalan darah yang tersebar di seluruh tubuh. Penting untuk segera mendapatkan pengobatan jika terdeteksi leptospirosis untuk mencegah komplikasi tersebut.

6. Langkah pencegahan leptospirosis

ilustrasi menjaga kebersihan (pexels.com/cottonbro studio)

Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mengurangi risiko terinfeksi leptospirosis, antara lain:

  • Menggunakan pakaian pelindung lengkap seperti sepatu bot, sarung tangan, dan pelindung tubuh lainnya, terutama saat bekerja di area berisiko.
  • Menutup luka terbuka dengan plester tahan air untuk mencegah kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi.
  • Menghindari kontak langsung dengan air yang tercemar, seperti air yang digunakan untuk berenang atau aktivitas di luar ruangan.
  • Memastikan air yang dikonsumsi bersih dan terjamin kebersihannya.
  • Mencuci tangan secara rutin, terutama setelah berinteraksi dengan hewan atau setelah berada di luar ruangan.
  • Menjaga kebersihan lingkungan, dengan memastikan area sekitar rumah tetap bersih dan bebas dari tikus serta vektor penyakit lainnya.

7. Pengobatan Leptospirosis

ilustrasi pengobatan (Pixabay.com/fernandozhiminaicela)

Jika Anda terdeteksi terinfeksi leptospirosis, pengobatan yang tepat sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi serius. Biasanya, dokter akan memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi dan meredakan gejala.

Pada kasus yang lebih parah, pasien mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit untuk mengatasi komplikasi yang terjadi.

8. Kesimpulan

ilustrasi dokter dan pasien (freepik.com/freepik)

Leptospirosis adalah penyakit yang berbahaya namun bisa dicegah dengan langkah-langkah yang tepat. Dengan kewaspadaan yang tinggi dan penerapan tindakan pencegahan, kita dapat mengurangi risiko penularan dan dampak yang ditimbulkannya.

Jaga kebersihan diri dan lingkungan, serta selalu berhati-hati saat berada di area yang berisiko. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis jika Anda merasa terpapar atau mengalami gejala yang mencurigakan.

Editorial Team

EditorLinggauni