Menteri PPPA Kunjungi Balita Korban Kekerasan Seksual di Balikpapan

Balikpapan, IDN Times - Kasus dugaan kekerasan seksual yang terjadi pada anak perempuan usia 2 tahun di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur mendapatkan atensi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Menteri PPPA, Arifah Choiri Fauzi beserta jajarannya pada Minggu (26/1/2025) mengunjungi Unit UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) yang berlokasi di Jalan Milono, Balikpapan Tengah.
Di sana, Arifah dan jajaran bertemu dengan korban dan ibunya, SB (28) didampingi oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan. "Kami sudah lama merencanakan hadir menemani keluarga dari korban kekerasan seksual," terang Arifah pada media.
1. Kementerian PPPA pastikan korban mendapat keadilan

Kunjungannya tersebut, menurut Arifah adalah upaya untuk membantu korban dan keluarga untuk mendapatkan keadilan. Dalam hal ini, ia mengatakan, negara hadir untuk membantu menyelesaikan persoalan.
"Fokus kami, selain pada kasus juga melakukan pendampingan pada ibu korban. Karena pastinya si ibu dalam kondisi syok dan masih tidak percaya ini terjadi pada putrinya yang masih berusia 2 tahun," tuturnya.
Kementerian berupaya untuk menemukan solusi terbaik dalam mengatasi hal ini. Selain itu pihaknya juga memastikan bahwa penegak hukum masih terus dalam proses penyidikan sampai benar-benar menentukan pelakunya.
"Penegak hukum tidak bisa serta-merta menentukan siapa pelakunya. Ibu korban juga inginnya segera ditetapkan, karena ada tekanan secara psikologis. Pastinya tidak terima," ungkapnya.
Penegak hukum harus berhati-hati agar tidak ada kesalahan. Ada proses yang harus dilakukan agar tidak terjadi salah tangkap dan sebagainya.
2. Ibu korban masih terguncang

Arifah juga menggambarkan kondisi korban maupun ibunya. Korban yang masih di bawah umur sejatinya belum memahami apa yang dialami. Namun korban memang kerap menangis saat buang air kecil karena merasa sakit pada vaginanya.
"Kalau ibu dalam kondisi tidak baik-baik saja karena ini tentu mengguncang psikologisnya. Makanya kami dampingi supaya si ibu tidak merasa sendiri. Kami yakinkan bahwa negara hadir untuk mendampingi dia dalam kasus ini hingga terselesaikan," ujarnya.
Dirinya berharap pelaku bisa ditetapkan secepatnya. Pihaknya juga akan segera melakukan rapat dengan pihak terkait agar ada penyelesaian terbaik. "Kami akan lakukan rapat dengan pihak terkait setelah ini," kata Arifah.
3. UPTD PPA Kota Balikpapan lakukan pendampingan

Sementara, Kepala UPTD PPA Kota Balikpapapan, Esti Santi mengatakan, pihaknya lebih banyak terfokus pada korban. Namun dari Unit Remaja, Anak, dan Wanita (Renakta) Polda Kaltim setelah melakukan pendampingan bagi ibu korban.
"Tadi sudah membuat janji temu pekan depan akan ibunya mau minta pendampingan kami. Ke depannya seperti itu," katanya.
Apalagi ibu korban masih dalam keadaan terpukul, sehingga UPTD PPA akan berupaya agar korban bisa melakukan aktivitas seperti biasa lagi. Ia menambahkan, nantinya psikolog yang akan menangani si ibu dan korban akan berbeda.
"Pendampingan dilakukan minimal tiga kali. Jika sudah beraktivitas biasa tidak apa-apa. Tapi setiap membutuhkan pendampingan silakan datang pada kami," katanya.
4. Proses hukum berjalan pasca-laporan ibu korban

Sebelumnya Kasubdit Renakta Polda Kaltim AKBP Musliadi Mustafa menerangkan, dugaan kekerasan seksual ini bermula saat ibu korban memandikan sang anak. Korban sendiri mengeluhkan sakit sembari memegangi vaginanya.
Mendapati sang anak mengeluh sakit, ibu tersebut pun langsung membawanya ke rumah sakit untuk menjalani visum. Berbekal hasil visum itu, ibu korban kemudian melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian pada tanggal 2 Oktober 2024.
“Hasil visum memang menunjukkan ada luka di bagian kemaluan korban akibat benda tumpul, tetapi jenis benda tumpul itu belum diketahui,” terang Musliadi.
Musliadi menambahkan, dari pemeriksaan terhadap delapan orang saksi, belum ditemukan bukti kuat yang mengarah ke pelaku. Sebagai informasi, terlapor dalam kasus dugaan pencabulan ini adalah bapak kos yang tinggal tak jauh dari rumah korban.
Dugaan ini bukan tanpa sebab. ibu korban mengaku melihat anaknya kali terakhir digendong oleh bapak kos tersebut.