Produksi Stagnan, Gapki Ragu Target B50 Bisa Terealisasi

Balikpapan, IDN Times – Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menilai target penerapan bahan bakar nabati berbasis sawit atau biodiesel B50 di tahun ini perlu ditinjau ulang. Menurutnya, produksi sawit nasional stagnan dalam lima tahun terakhir, sehingga kebijakan tersebut bisa mengorbankan ekspor.
“Produksi kita stagnan, hanya sekitar 50 jutaan ton dalam lima tahun terakhir. Kalau B50 jalan, tmbahan konsumsi lokal bisa naik sampai 27 juta ton. Padahal sekarang konsumsi domestik saja sudah 24 juta ton,” jelas Eddy di Balikpapan.
2. Produksi stagnan, konsumsi naik terus

Eddy menjelaskan, kebutuhan dalam negeri saat ini terbagi untuk pangan dan energi. Pada 2024, konsumsi energi mencapai 11 juta ton, sedangkan pangan lebih dari 10 juta ton. Totalnya hampir 22 juta ton, dan dengan B40 akan naik di 24 juta ton.
“Kalau dipaksa B50, ekspor yang jadi korban. Padhal dari ekspor itu ada pembiayaan untuk program-program seperti BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan), termasuk beasiswa dan pmbangunan lainnya,” katanya.
2. Replanting jauh dari target

Ia menilai, solusi jangka panjang terltak pada percepatan peremajaan sawit rakyat (replanting). Namun, prgram ini dinilainya masih jauh dari target karena berbagai kendala.
“Replanting kita paling tinggi baru 30 persen. Waktu ditarget 180 ribu hektare tidak tercapai, diturunkan 120 ribu hektare tidak tercapai, sekarang 80 ribu hektare, dan belum tentu tercapai juga. Banyak kendalanya, mulai masalah kawasan hutan hingga petani yang enggan menebang pohonnya (sawit) untuk replanting,” jelas Eddy.
Menurutnya, petani perlu dukungan biaya hidup selama masa tanam ulang agar tidak kehilangan penghasilan. “Kalau tidak, petani akan keberatan. Ini yang harus diperbaiki dulu,” tambahnya.
3. Kondisi Kaltim sama dengan daerah lain

Terkait kemungkinan Kalimantan Timur menjadi daerah penopang produksi untuk B50, Eddy menilai kondisinya sama dengan wilayah lain.
“Kalau Kaltim sama saja, gak akan bisa menopang B50. Sama-sama terlambat replanting, terutama petani. Jadi hampir semua daerah sama,” pungkasnya.