Tingkat Fertilitas Menurun, Bayi Tabung Bisa Jadi Solusi

Balikpapan, IDN Times - Tingkat fertilitas di Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan rendahnya angka kehamilan dan kelahiran, sejalan dengan tren global yang terus meningkatnya angka infertilitas.
Dr. dr. Ashon Sa’adi, Sp.OG (K), pakar obstetri dan ginekologi, mengungkapkan bahwa dalam dua dekade terakhir, infertilitas global mengalami peningkatan hingga 0,3 persen. "Fenomena ini juga tercermin di Indonesia, termasuk di Kaltim," ujarnya dalam Seminar Awam Mengatasi Masalah Infertilitas Secara Tuntas yang digelar RSIA Ferina Surabaya di Balikpapan, Minggu (15/12/2024).
Menurut Dr. Ashon, penurunan fertilitas bisa dianggap sebagai keberhasilan program keluarga berencana (KB) dalam mengendalikan jumlah kelahiran. Namun, di sisi lain, tingginya angka infertilitas menjadi tantangan baru.
1. Peningkatan kunjungan ke klinik fertilitas

Salah satu indikasi meningkatnya masalah fertilitas adalah melonjaknya kunjungan ke klinik fertilitas di kota-kota besar seperti Balikpapan dan Samarinda. Dalam lima tahun terakhir, Dr. Ashon mencatat lebih dari 2.500 kunjungan pasien dengan keluhan kesuburan, sementara angka kunjungan di klinik fertilitas meningkat sekitar 10 persen.
Data ini sejalan dengan survei Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim pada tahun 2023, yang mencatat penurunan angka kelahiran di wilayah tersebut.
2. Penyebab utama infertilitas

Dr. Ashon menjelaskan bahwa ada berbagai faktor yang memengaruhi kesuburan, mulai dari gangguan kesehatan seperti Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), miom, hingga kelainan pada saluran tuba. “Kesehatan reproduksi harus menjadi perhatian sejak dini, baik sebelum maupun setelah menikah, agar masalah dapat ditangani lebih awal,” tegasnya.
Gaya hidup modern juga berperan besar dalam penurunan kesuburan. Pola makan tidak sehat, obesitas, konsumsi tinggi gula dan karbohidrat, serta kurangnya olahraga menjadi faktor risiko utama. Sebaliknya, Dr. Ashon merekomendasikan pola makan seimbang seperti diet mediterania, olahraga teratur, dan istirahat cukup untuk meningkatkan peluang kesuburan.
3. Bayi tabung dan penyimpanan oosit bisa jadi solusi

Usia juga menjadi faktor penting. "Kualitas kesuburan menurun setelah usia 32 tahun, dan penurunan ini semakin signifikan bagi wanita di atas 35 tahun," jelas Dr. Ashon. Untuk mengantisipasi masalah ini, beberapa wanita memilih menyimpan oosit (sel telur) sebagai upaya menjaga peluang memiliki anak di masa depan.
Langkah ini, yang kini semakin umum dilakukan, bahkan telah dicontohkan oleh sejumlah figur publik seperti Luna Maya. "Dulu, hal seperti ini mungkin tabu, tetapi sekarang masyarakat sudah lebih terbuka," tambahnya.
4. Solusi kesulitan dalam memiliki anak

Bagi pasangan yang mengalami kesulitan memiliki anak, teknologi reproduksi berbantu seperti program bayi tabung (IVF) kini menjadi solusi yang semakin banyak diminati. Meski biayanya mencapai sekitar Rp80 juta, tingkat keberhasilan program ini cukup tinggi, yaitu 40-50 persen, bahkan bisa mencapai 70 persen tergantung kondisi kesehatan pasangan.
“Kondisi kesehatan yang optimal tanpa gangguan medis akan meningkatkan peluang keberhasilan program bayi tabung,” ujar Dr. Ashon.
Dengan tingkat keberhasilan yang terus meningkat, program bayi tabung menjadi harapan baru bagi pasangan yang mendambakan kehadiran buah hati di tengah penurunan angka fertilitas yang kian mengkhawatirkan.