Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Warga Jonggon Jadi Korban Penganiayaan Personel Mako Brimob Kukar

WhatsApp Image 2025-07-21 at 11.17.26.jpeg
Puji Friayadi menujukkan luka yang dia derita akibat pengeroyokan oleh anggota Brimob. (Dok. Istimewa)

Kukar, IDN – Seorang pria bernama Puji Friayadi, menjadi korban penganiayaan yang diduga dilakukan oleh sejumlah anggota Mako Brimob II. Peristiwa itu terjadi pada Kamis malam, 17 Juli 2025, di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Kecamatan Tenggarong.

Kepada wartawan, Puji membeberkan secara rinci kronologi kejadian yang membuatnya luka fisik dan trauma. Dugaan kekerasan ini berawal dari kesalahpahaman antara korban dan personel Brimob terkait keberadaan balok kayu di tengah jalan umum yang dianggap membahayakan pengguna jalan.

1. Berawal dari teguran

WhatsApp Image 2025-07-20 at 22.12.18.jpeg
Puji saat meceritakan kronologis penganiayaan yang dia alami pada Kamis malam, 17 Juli 2025. (Dok. Istimewa)

Dalam keterangannya, Puji menjelaskan bahwa dirinya tengah dalam perjalanan pulang dari Jonggon ke Samarinda ketika melihat balok kayu jenis 5x10 tergeletak melintang di jalan. “Saya biasa pulang-pergi ke Jonggon bawa pisang. Waktu itu saya lihat mereka taruh kayu 5x10 di tengah jalan. Saya berhenti, turun dari mobil, dan menegur mereka,” ujarnya.

Puji mengingatkan bahwa penempatan balok kayu di jalan umum sangat berbahaya, terlebih tidak ada rambu ataupun pengamanan.

“Saya bilang, kalau mau mengatur lalu lintas harusnya pakai metode sesuai SOP, seperti polisi tidur. Bukan balok kayu tanpa dibaut begitu,” katanya.

Namun, tegurannya tidak diterima dengan baik. Beberapa personel Brimob disebut langsung bersikap agresif.

“Mereka marah dan bilang: ‘Kamu ngerti apa? Mau jadi jagoan?’ Habis itu saya langsung dipukul. Saya tersungkur, bangkit lagi, tapi malah datang dua orang dari samping, lalu dari dalam pos juga keluar. Saya ditarik dan terus dipukuli,” ungkapnya.

2. Dianiaya hingga tak sadarkan diri

WhatsApp Image 2025-07-21 at 11.17.28 (1).jpeg
Puji Friayadi menujukkan luka yang dia derita akibat pengeroyokan oleh anggota Brimob. (Dok. Istimewa)

Puji mengaku dipukuli secara membabi buta, bahkan sempat diseret melewati genangan air sebelum akhirnya tak sadarkan diri. Dia bahkan sempat berteriak minta tolong. Tapi tidak ada satupun yang menggubris.

“Saya nggak tahu lagi setelah itu, mungkin saya pingsan. Waktu saya sadar, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Saat sadar, saya juga kaget karena pakaian saya sudah diganti tanpa sepengetahuan saya. Bahkan celana dalam pun diganti,” katanya.

Ia menyebut kejadian pemukulan itu dimulai sekitar jam 9 malam kurang dan diduga berlangsung selama lebih dari satu jam sebelum dirinya kehilangan kesadaran.

Setelah sadar, Puji mengaku ditawari makan dan diminta menandatangani sebuah surat pernyataan. Namun, ia mengaku tidak mengetahui isi dokumen tersebut secara pasti karena hanya menulis sesuai arahan dari petugas. “Saya nggak tahu isi pastinya. Saya cuma disuruh tulis sesuai panduan mereka, lalu tandatangan,” ujarnya.

Puji mengaku sampai di rumahnya di Samarinda, sekitar jam 1 dinihari dalam kondisi tubuh lemas dan masih merasa pusing. “Sesampainya di rumah, keluarga saya langsung mendokumentasikan kondisi saya lewat video,” tambahnya.

Video tersebut kemudian dikirimkan ke kakaknya di Jonggon. Dari sanalah informasi menyebar ke warga desa.

3. Solidaritas warga berujung salah paham

WhatsApp Image 2025-07-21 at 11.17.29 (1).jpeg
Puji Friayadi menujukkan luka yang dia derita akibat pengeroyokan oleh anggota Brimob. (Dok. Istimewa)

Setelah menyaksikan video tersebut, warga Desa Jonggon menyatakan simpatinya terhadap Puji. Mereka, termasuk tokoh masyarakat dan tokoh agama, berinisiatif untuk datang ke Mako Brimob guna mencari klarifikasi dan mencegah kejadian serupa terulang.

“Pak RT, ustaz, dan warga sepakat datang ke Brimob dengan maksud mediasi, bukan konfrontasi. Tapi rupanya pihak Brimob salah paham,” tutur Puji.

Menurutnya, setibanya dua mobil dari desa di lokasi, justru terjadi bentrok karena pihak Brimob diduga menganggap kedatangan warga sebagai bentuk penyerangan.

“Padahal maksud warga hanya ingin meluruskan kejadian dan mengingatkan agar tidak ada lagi balok kayu menghalangi jalan umum,” jelasnya.

Puji berharap kejadian yang menimpanya tidak berujung pada intimidasi, melainkan menjadi pelajaran agar aparat penegak hukum tetap mengedepankan prosedur dan humanisme dalam menjalankan tugas.

“Saya bukan orang yang suka ribut. Saya cuma ingin kejadian ini diluruskan secara hukum dan agar tidak ada lagi orang mengalami hal yang sama seperti saya,” katanya.

4. Warga minta klarifikasi

Ilustrasi pengeroyokan (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi pengeroyokan (IDN Times/Aditya Pratama)

Ketua RT 10, Desa Jonggon, Rohyadi mengaku kedatangan warga ke Mako Brimob II pada Jumat (18/7/2025) bertujuan untuk mengklarifikasi insiden yang menimpa Puji. "Niat warga ini hanya mengklarifikasi, apakah benar cerita yang disampaikan Pak Puji, bahwa dia ini menjadi korban penganiayaan. Kita ingin dapat keterangan dari ua belah pihak," kata dia.

Namun sayang, niat warga untuk melakukan klarifikasi justru berujung penyerangan. Akibatnya, sejumlah warga yang ikut rombongan jadi korban penganiyaan dari personel Brimob.

Bahkan, dia mengaku mendengar ada suara tembakan saat insiden pemukulan terjadi. "Memang ada beberapa kali tembakan, mungkin untuk mengendalikan situasi. Saya kurang tahu," ucap dia.

Rupanya, sebagian warga ditahan di dalam Mako Brimob. Bahkan, nomor mereka tak dapat dihubungi.

Selang beberapa waktu, warga dibebaskan dan sebagian langsung menuju rumah sakit untuk menjalani perawatan dan visum.

5. Respons Komandan Pasukan Brimob II

Ilustrasi pengeroyokan. (IDN Times/Sukma Shakti)
Ilustrasi pengeroyokan. (IDN Times/Sukma Shakti)

Komandan Pasukan Brimob II, Brigjen Pol Arif Budiman, angkat bicara soal insiden dugaan penganiayaan terhadap warga Desa Jonggon, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Menurut Arif, peristiwa tersebut berawal dari kesalahpahaman antara anggotanya dengan masyarakat dan kini telah diselesaikan secara damai.

Insiden yang terjadi pada Kamis (17/7/2025) dan Jumat (18/7/2025) itu menjadi sorotan publik setelah salah seorang warga bernama Puji Friayadi mengaku mengalami kekerasan fisik saat menegur personel Brimob yang memasang balok kayu di jalan umum.

Dalam keterangannya, Brigjen Arif menjelaskan bahwa pemasangan balok kayu di depan Mako Brimob bertujuan untuk mencegah aksi kebut-kebutan yang kerap terjadi di jalur tersebut.

“Memang karena banyak yang kebut-kebutan di depan Mako (Brimob), anggota pasang balok, bukan kayu kecil, supaya mereka tidak kebut. Itu bukan untuk menghalangi warga biasa,” ujarnya.

Namun, kehadiran seorang pengemudi pikap yang memprotes pemasangan kayu tersebut memicu ketegangan.

“Ada orang pakai pikap datang, saya kurang paham siapa yang lebih dulu mulai bicara keras. Ada anggota yang menegur, ‘Kamu mau jadi preman, kok ngalang-ngalangin jalan?’ Terjadi adu mulut, lalu selesai. Tapi keesokan harinya kejadian berlanjut,” katanya.

Arif menyebut, pada Jumat sore (18/7/2025), sekitar 20 orang warga yang dipimpin oleh Ketua RT setempat datang ke Mako Brimob dengan emosi. Ia mengklaim kedatangan massa itu bukan untuk mediasi, melainkan menerobos masuk ke area penjagaan.

“Mereka datang langsung ngebut masuk ke penjagaan. Anggota juga sedang olahraga sore saat itu. Akhirnya terjadi keributan,” jelasnya.

Arif menyebut bahwa bentrokan tersebut dipicu oleh informasi yang tidak akurat yang beredar di grup pesan instan warga.

“Saya punya rekamannya, isinya ajakan seperti ‘Ayo rame-rame ke SPN, ke Brimob’. Itu bentuk provokasi. Setelah dijelaskan, mereka baru sadar informasinya salah,” katanya.

Menurut Arif, setelah situasi terkendali, pihaknya memfasilitasi pertemuan dan mediasi antara anggota dan warga. “Setelah kita bawa ke kantor, mereka mengerti, dan akhirnya minta maaf. Mereka mengira ada warga yang dipukuli. Tapi setelah kita jelaskan, tidak ada itu,” tegasnya.

Arif juga mengatakan bahwa pihak Brimob bertanggung jawab atas warga yang mengalami luka ringan dalam insiden tersebut. “Beberapa memang ada yang luka. Tapi kita tanggung biaya pengobatannya. Bahkan keluarga korban sudah kita datangi dan kita jelaskan semuanya,” ungkapnya.

Arif berharap masyarakat tidak langsung mengambil tindakan atas informasi yang belum diverifikasi. “Kalau dapat informasi yang belum jelas, sebaiknya diklarifikasi dulu. Jangan langsung ambil tindakan. Ini semua karena salah paham dan miskomunikasi,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa hubungan antara Brimob dan masyarakat Desa Jonggon selama ini berjalan baik dan pihaknya berkomitmen menjaga harmoni. “Kami selama ini baik-baik saja dengan warga. Kita tinggal bersama di lingkungan yang sama. Mari jaga situasi tetap kondusif,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sri Gunawan Wibisono
EditorSri Gunawan Wibisono
Follow Us